Assalamualaikum?.. hai-hai-hai... da yang baru nih.. boleh dilihat..ayo ayo kesini... ini sama dari tugas teman kosan saya, tapi udah minta izin ko, jadi silahkan dilihat, semoga bisa bermanfaat..selamat menikmati..


Karya: Drs. Sofyan Anwar Mufid, M.S.

Mata Kuliah: Filsafat Ilmu
Dosen: Dr. H. A. Hasan Ridwan, M.Ag


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Orientasi Umum
Sebelum memahami materi studi tentang ekologi manusia perlu dikemukakan konteks ekologi manusia dalam konsep keilmuan dan bagaimana hubungannya dengan disiplin sosiologi.
Bahasan ekologi manusia tidak terlepas dari kajian ekosistem. Dalam proses ekosistem[1], manusia beradaptasi dengan semua bentuk lingkungan (LHA, LHB, dan LHS) sesuai dengan kondisi dimana ia berada. Dalam beradaptasi ini manusia mendayagunakan lingkungan untuk tetap survive.
Potensi sumber daya alam dieksploitasi dan dikonsumsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan pokok hidupnya dengan menggunakan akal. Karena akal inilah manusia menjadi berbudaya. Dari kebudayaannya manusia berilmu pengetahuan, dan dengan ilmu pengetahuannya membuahkan teknologi. Kesatuan ilmu pengetahuan dan teknologi dikenal dengan istilah IPTEK.
Ekologi manusia merupakan bagian dari autekologi, suatu ilmu yang mempelajari satu jenis organisme, atau disebut juga ekologi satu jenis makhluk hidup. Di dalamnya dipelajari bagaimana manusia berinteraksi dengan komponen alam, baik secara timbal balik maupun searah.
Tjitradjaja mendefinisikan ekologi manusia dengan studi tentang hubungan-hubungan dinamika populasi, organisme sosial, dan kebudayaan populasi manusia dengan lingkungan tempat mereka hidup. Dengan kata lain, studi tentang interaksi antara populasi manusia dengan lingkungannya.

1.2.  Perspektif Keilmuan
1.2.1. Secara Ontologi
Studi tentang proses, fungsi, unsur, parameter dan karakteristik interaksi manusia dengan komponen lainnya dimana manusia sebagai thema central. Dalam hal ini manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang diberi kelebihan akal, budaya dan agama dibandingkan dengan komponen lain dalam ekosistemnya.
1.2.2. Secara Epistemologi
Ekologi manusia didasarkan atas bangunan autekologi (mempelajari satu jenis spesies) manusia yang dikaji melalui metode berfikir logik, melalui metode riset, analisis, formulasi dan konklusi tentang fenomena interaksi manusia dengan komponen lingkungan berdasarkan ekosistemnya.
1.2.3. Secara Aksiologi
Secara teoritis ekologi manusia memberikan kontribusi tentang dasar-dasar pemikiran ilmiah bagaimana idealnya manusia di satu sisi merupakan bagian dari ekosistem, dan di sisi lain manusia menjadi thema central dalam ekosistemnya. Sedangkan secar aplikatif,  sangat berguna untuk dijadikan landasan berfikir dalam upaya memberikan komitmen dan integritas terhadap stabilitas dan sustainabilitas keutuhan ekosistem dimana manusia itu sendiri ada di dalamnya.
Studi ekologi manusia sama dengan mempelajari eksistensi manusia dalam hubungannya dengan semua sektor kehidupannya baik sektor kehidupan yang bersifat sistem-sistem sosial yang disebut sosiosistem maupun sistem-sistem biofisika yang disebut ekosistem.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Ekologi
Secara etimologi, ekologi berasa dari bahasa Latin yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat hidup, sedangkan logos artinya ilmu. Soemarwoto mengatakan bahwa oikos berasal dari bahasa Yunani yang artinya rumah dan logos berarti ilmu. Karena itu secara harfiah ekologi diartikan ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup.
Soerjani menegaskan lagi bahwa ekologi dalam tinjauan bahasa diartikan sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup, maksudnya ialah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati disekitarnya.
Istilah ekologi dikenalkan pertama kali oleh seorang ahli biologi Jerman yang bernama Ernest Haeckel pada tahun 1969. Dia memulai perhatiannya dalam setiap bidang sosiologi. Dia mengemukakan adanya hubungan antara makhluk hidup di suatu tempat dengan lingkungannya.
Sebenarnya ekonomi juga berasal dari kata dasar yang sama yaitu oikos, tapi tekanannya pada mempelajari rumah tangga manusia saja yang sebenarnya manusia itu merupakan bagian dari makhluk hidup yang kehidupannya tergantung dengan makhluk hidup lainnya.
Soemarwoto menjelaskan, ekologi dan ekonomi memiliki banyak persamaan. Hanya saja transaksi yang dipakai dalam ekologi bukanlah mata uang rupiah atau dolar, akan tetapi materi, energi, dan informasi. Dalam ekologi, ketiganya berputar dalam suatu komunitas atau antara beberapa komunitas seperti halnya arus mata uang yang beredar dalam ekonomi. Oleh karena itu dalam ekologi dapat juga dikatakan ekonomi alam yang melakukan transaksi dalam bentuk materi, energi dan informasi. Namun demikian manusia juga tidak dapat terlepas dari kebutuhan materi, energi dan informasi yang terus beredar selain dari mata uang.
2.1.1. Tingkatan Makhluk Hidup
Tingkatan makhluk hidup atau organisme memiliki struktur dari yang paling sederhana kepada yang paling kompleks.
1.      Protoplasma, yaitu zat hidup dalam sel yang terdiri atas senyawa organik yang kompleks seperti lemak, protein.
2.      Sel, satuan dasar suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti yang terkandung dalam membran.
3.      Jaringan, kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya jaringan otot.
4.      Organ, atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang memiliki fungsi tertentu, misalnya kaki, tangan, atau daun pada tumbuhan.
5.      Sistem organ, yaitu kerja sama antara struktur dan fungsional secara harmonis, misalnya antara mata dengan telinga, mata dengan tangan.
6.      Organisme, yaitu benda hidup, jasad hidup atau makhluk hidup.
7.      Populasi, kelompok organisme sejenis yang hidup dan berkembangbiak pada suatu daerah tertentu, misalnya populasi manusia di bandung.
8.      Komunitas, yaitu semua populasi dan berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu dan di tempat tersebut antara satu jenis populasi dengan populasi lainnya saling berinteraksi.
9.      Ekosistem, tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan yang amat kompleks antara organisme dengan lingkungannya, baik biotik maupun abiotik yang secara bersama-sama membentuk sistem ekologi, sehingga disebut ekosistem.
10.  Biosfer, merupakan organisasi hayati yang paling kompleks, yaitu kawasan lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi.
2.1.2. Cabang-Cabang Ekologi
Ekologi terbagi kepada dua bagian yaitu:
1.      Autekologi, mempelajari individu dari suatu jenis organisme atau ekologi dari satu jenis makhluk hidup (termasuk ekologi manusia), tentang bagaimana cara hidup dan beradaptasi diri dengan lingkungannya.
2.      Sinekologi, mempelajari suatu komunitas organisme yang hidup sebagai suatu kesatuan. Misalnya penelitian tentang pengaruh iklim atau tanah terhadap produksi hutan.

2.2.  Pengertian Ekosistem
Ekosistem ialah suatu sistem dimana terdapat keseimbangan ekologis. Dalam UURI Nomor 32 (1997, pasal: 1 ayat 4) disebutkan bahwa ekosistem ialah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
2.2.1. Kaidah-Kaidah Ekosistem
Riyadi menjelaskan beberapa kaidah-kaidah ekosistem, diantaranya yaitu:
1.      Ekosistem dikendalikan secara alamiah.
2.      Mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan berimbang.
3.      Antara unsur-unsur dalam lingkungan seluruhnya, terdapat suatu interaksi, saling mempengaruhi yang bersifat timbal balik.
4.      Interaksi dilakukan antar unsur-unsur (komponen-komponen) lingkungan yang dapat terjadi antara:
a.       Komponen biotis dengan komponen abiotis,
b.      Antar komponen biotis sendiri,
c.       Atau sesama komponen abiotis.
5.      Interaksi itu senantiasa terkendali.
6.      Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas di samping yang fundamental (umum).
7.      Ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor waktu dan tempat.
8.      Antara satu dengan lain, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri untuk memilih interaksi pula secara tertentu.
2.2.2. Tipe-Tipe Ekosistem
Adapun lingkungan alam di permukaan bumi ditinjau dari aspek habitat, dapat dipisahkan kepada empat tipe, yaitu:
1.      Ekosistem daratan,
2.      Ekosistem lautan,
3.      Ekosistem air tawar,
4.      Ekosistem estaurin (tubuh perairan setengah tertutup di pinggiran daratan, sehingga terpengaruh pasang surut air laut yang rasanya payau karena campur air laut dengan air dari daratan) biasanya terbentuk rawa pasang surut atau teluk.

2.3.  Unsur-Unsur dalam Ekosistem
Unsur-unsur dalam ekosistem terbagi menjadi tiga bagian, yaitu materi, energi, dan Informasi.
2.3.1. Materi
Materi ialah sesuatu yang ada di suatu tempat pada suatu waktu, baik berupa benda mati (nonhayati) seperti tanah, air, udara, batu, mapun benda hidup (hayati) seperti hewan laut, hewan darat, dan hewan terbang di udara, tumbuhan di laut dan tumbuhan di darat. Menurut pemahaman kuno, materi itu terdiri atas empat macam, yaitu air, tanah, api dan udara. Dikatakan bahwa empat unsur tersebut tidak dapat dipecah lagi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Unsur tersebut diciptakan secara filfasat, bukan atas pendekatan konklusi pertimbangan ilmiah secara kimiawi atau fisika.’
2.3.2. Energi
Power atau energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja, atau daya, kekuatan yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Pada manusia atau makhluk bio lainnya, energi diperoleh melalui proses oksidasi (pembakaran) zat makanan yang masuk ke dalam tubuh atau batang (tumbuhan) berupa makanan.
Manusia dan energi tidak dapat dipisahkan dalam ekosistemnya karena energi merupakan bagian dari komponen utama dalam ekosistem. Energi untuk melaksanakan berbagai macam kerja. Kerja merupakan bagian dari ikhtiar manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidup.
2.3.3. Informasi
Informasi merupakan bagian dari konsep ekosistem. Dalam ekosistem terjadi keteraturan karena adanya arus materi dan energi yang dikendalikan oleh informasi antara komponen dalam ekosistem itu. Informasi itu bisa berupa fisik atau benda, sifat, warna, kelakuan, suhu, keadaan, bentuk, isyarat. Menerima informasi berarti seseorang itu mendapat pengetahuan baru yang intensitasnya tergantung dari besar kecilnya bobot informasi yang diterima seseorang.
Dalam konteks ekologi manusia, informasi itu datang dari sesama manusia dalam bentuk-bentuk yang kompleks. Di antaranya dalam bentuk ilmu, budaya, politik, ekonomi, sosial, dan kepentingan kehidupan lain. Peristiwa musibah tsunami di Aceh telah menebarkan informasi ke segenap penjuru dunia bahwa di Aceh ada musibah dan banyak menelan korban jiwa, materi dan trauma masyarakat. Kemudian masyarakat dunia merespon dengan rasa empati dan simpati berupa ucapan, bantuan materi, infrastruktur, pengobatan, psikoterapi, dan sebagainya. Hubungan timbal balik antar manusia seperti ini bisa terjadi dengan baik karena adanya informasi melalui berbagai media secara langsung dan tidak langsung.

2.4.  Ekologi Manusia
Dari pengertian ekologi manusia seperti yang telah dikemukakan sebelumnya di atas yang patut kita perhatikan adalah ketika manusia dipengaruhi oleh ekosistem diperlukan adanya kemampuan beradaptasi, sebaliknya ketika manusia harus mempengaruhi ekosistemnya diperlukan mengembangkan program sebagai media kontrol ekosistem itu sehingga apa yang akan dilakukan tidak terjadi distorsi dan destruksi. Oleh karena itu dalam sistem pengelolaan lingkungan, ekologi yang dibutuhkan ialah ekologi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Adapun keterlibatan manusia dalam ekosistemnya ialah:
Pertama, manusia terlibat langsung sebagai bagian dari unsur-unsur dalam sebuah bentuk ekosistem secara imanen dengan komponen lainnya. Misalnya manusia, tumbuhan, hewan dan benda mati, yang saling berinteraksi dalam sebuah sistem atau ekosistem melalui proses rantai makanan.
Kedua, manusia secara transendental tidak terlibat langsung sebagai bagian dari unsur-unsur dalam sebuah proses ekosistem bersama komponen lainnya. Misalnya ekosistem dari sebuah kawasan seperti ekosistem rawa, ekosistem hutan, dan ekosistem biota laut.
Ketiga, namun demikian baik manusia terlibat langsung ataupun tidak terlibat langsung dalam proses ekosistem itu, ia tetap dituntut untuk berperan memberikan komitmen dan integritasnya terhadap ekosistem itu. Pola komitmen itu harus berdasarkan moral agama, moral manusia, etika lingkungan dan norma-norma lainnya, agar ekosistem-ekosistem yang berlangsung di planet bumi ini tetap dalam tatanan keseimbangan ekologis.
2.4.1. Fungsi Manusia
Sebagaimana kita maklumi bahwa manusia dalam pengertian ekologi manusia merupakan sosok yang memegang fungsi dan peranan penting dalam konteks lingkungan hidupnya. Namun perlu diingat pula bahwa manusia secara fisik merupakan makhluk yang lemah. Perikehidupan dan kesejahteraannya sangat tergantung kepada komponen lain. Artinya keberhasilan manusia dalam mengelola rumah tangganya dengan baik, ditentukan oleh berhasilnya manusia dalam mengelola makhluk hidup lainnya secara keseluruhan dengan baik pula.
Untuk memperkuat kelemahan manusia, ia diberi kelebihan akal atau alam pikiran (noosfer). Dengan akal pikirannya manusia memiliki budaya serta dengan budayanya (yang disebut extra somatic tool) manusia mampu menguasai dan mengalahkan makhluk yang lebih besar dan menaklukan alam yang dahsyat.
Masalahnya apabila noosfer dengan prilakunya digunakan untuk kepentingan kesejahteraan diri dan makhluk hidup lainnya dan didukung oleh rasa tanggung jawab terhadap kelestarian kemampuan daya dukung lingkungannya, maka sejahteralah manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebaliknya,  dengan noosfer (extra somatic tool) yang dikembangkan manusia dalam mempermudah hidup dan memenuhi kebutuhan pokok (primery biological needs) manusia dapat bersifat tamat, egois, serakah mengeksploitasi sumber daya alam dengan semena-mena, tanpa pertimbangan dampak yang akan terjadi kelak. Bahkan merasa dirinyalah yang paling memerlukan, dengan memanfaatkan sumber daya alam itu yang pada gilirannya mereka terancam hidupnya dan makhluk hidup lain, kini dan generasi mendatang.
2.4.2. Ilmu Lingkungan
Ilmu yang mengkaji tentang tempat dan peranan manusia di antara makhluk hidup dan komponen kehidupan lainnya, dapat juga disebut ekologi terapan. Atau mempelajari bagaimana manusia harus menempatkan dirinya dalam ekosistem atau dalam lingkungan hidupnya.
Ilmu lingkungan diartikan pula sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu yang ikut menyusun sintesa terhadap ilmu lingkungan seperti sosiologi, fisika, kimia, geografi, meteorologi, hidrologi, pertanian, kehutanan, kesehatan, masyarakat, dan lain-lain.
Menurut Riyadi, ilmu lingkungan ialah ilmu yang mampu menerapkan berbagai disiplin (fragmen berbagai ilmu dasar) melalui berbagai pendekatan ekologis terhadap masalah lingkungan hidup yang diakibatkan karena aktivitas manusia sendiri. Ilmu lingkungan lebih kepada penerapannya.

2.5.  Model Ekologi Manusia
                                                                                        
Legenda:
M                = Manusia
Akl              = Akal Manusia
Ag               = Agama
Bd               = Budaya
IPTEK        = Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
SDA            = Sumber Daya Alam
M. F. H       = Manusia, Fisik, dan Hayati
INF             = Infrastruktur
Prod.           = Produksi
Kon.            = Konsumsi
Positif         = Dampak Positif
Negatif       = Dampak Negatif
HYT           = Dampak Hayati
Fisik            = Dampak Fisik
Sosial          = Dampak Sosial
PENGELOLAAN    

2.5.1. Manusia Seutuhnya
Sosok manusia menjadi tema sentral dalam pemikiran ekologi manusia karena dialah sebagai makhluk yang terdominan dalam konteks memanfaatkan komponen alam dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan cenderung merusak lingkungan dan ekosistem alam ketika manusia tidak menyadari atau tidak mengerti tentang siapa dirinya dan kontribusi alam terhadap dirinya.
Mempertanyakan siapakah sebenarnya sosok manusia itu,  sama halnya dengan mempertanyakan siapakah sebenarnya hakikat diri kita sendiri. Terlepas dari apakah seseorang itu menganut suatu agama atau tidak, ia dapat memahami pengertian yang sangat umum, bahwa manusia terdiri atas unsur jasmaniah dan rohaniah (disana ada kekuatan spiritualnya), dan dilengkapi dengan panca indra. Terbukti, selama unsur-unsur itu masih menyatu, maka ia dikatakan hidup, atau sebaliknya apabila antara kedua unsur itu telah berpisah, maka ia disebut mati.
Ulama syari’at berpendapat bahwa tubuh manusia terdiri atas roh dan jasad kasat. Jasad sebagai tempat roh selama ia masih hidup, jasad bertugas mengabdi kepada roh serta menerima segala perintah roh. Secara anatomi, fisik manusia tersusun dari materi, yaitu terdiri atas kulit, daging, tulang, darah putih, darah merah, otot saraf, air, bulu atau rambut, organ tubuh bagian luar dan organ tubuh bagian dalam yang kesemuanya merupakan kumpulan dari miliaran sel tubuh. Kemudian menjadi satu kesatuan entiti dengan roh yang didukung oleh akal, sehingga manusia dapat hidup, berpikir, merasa, berbuat tumbuh, dan berkembang biak.
2.5.2. Akal
Akal atau noosfer, salah satu organ manusia yang teristimewa dan sekaligus membedakan antara dirinya dengan makhluk hidup lainnya ialah manusia dianugerahi akal. Kelebihan lainnya, manusia dianugerahi pancaindra yang berfungsi lebih sempurna. Kelima indra tersebut ialah alat untuk merasa atau mencicip dengan lidah, alat untuk melihat, alat untuk mendengar suara, alat untuk meraba, dan alat untuk mencium bau yaitu hidung.
Potensi akal yang dimiliki oleh manusia memiliki kemampuan beripikir, mengembangkan ilmu dan teknologi sehingga ia mampu mengolah alam semesta beserta isinya untuk kepentingan hidup.
2.5.3. Budaya
Budaya adalah produk dari akal manusia dan merupakan anugerah Tuhan. Dengan budaya manusia mampu mengembangkan aktifitas dan kreativitasnya hingga pada tingkat yang luar biasa.
Ada pemikiran bahwa korelasi antara akal dengan agama merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Karena akallah, maka agama diturunkan. Dengan akalnya manusia dapat bermanipulasi, berpura-pura, munafik, berbohong, menipu dan seterusnya sehingga dapat merusak tata kehidupan manusia itu sendiri dan ekosistemnya. Oleh karena itu perlunya diturunkan agama merupakan alat kontrol bagi kelakuan manusia yang diperbuat berdasarkan budayanya.
2.5.4. Agama
Agama inilah yang menjembatani antara akal dengan pancaindra plus intuitifnya. Tanpa spiritual maka hubungan antara akal dengan pancaindra itu akan terputus.  Dalam konteks manusia memerlukan aturan dan norma untuk membatasi mana tugas, mana kewajiban, mana tanggung jawab, mana hak-hak seseorang terhadap diri, terhadap orang lain, terhadap alam dan terhadap Tuhannya yang menciptakan seluruh alam termasuk dirinya.
2.5.5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Teknologi atau ilmu teknik yaitu kemampuan teknik yang berdasarkan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan pula pada proses teknis. Teknologi ini juga diartikan sebagai pengetahuan untuk menggunakan daya cipta manusia dalam usaha meningkatkan kesejahteraannya.
Jadi teknologi itu merupakan wujud dari rekayasa akal manusia sehingga antara teknologi dengan akal merupakan kesatuan fungsional yang tidak dapat dipisahkan.

2.6.  Ekologi Manusia dalam Perspektif Sektor Kehidupan
2.6.1. Pendidikan
Pendidikan itu proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Atau sosialisasi nilai-nilai dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. 
Studi ekologi manusia dalam konteks pendidikan tidak terlepas dari peranan manusia dalam ekosistemnya yang melibatkan unsur, subjek, audien, materi, proses, media, tujuan, dan efek. Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang terbesar dan teristimewa di antara makhluk lainnya, sehingga ia mampu mewujudkan perbuatan yang paling tinggi pula.
2.6.2. Kesempatan Kerja
Manusia dan pekerjaannya merupakan kesatuan sistem yang terus berproses untuk menghasilkan keuntungan atau hasil kerjanya. Bekerja dalam Islam merupakan ikhtiar yang wajib dilakukan oleh setiap insan yang mempunyai kemampuan dan kesempatan.
2.6.3. Papan
Setiap orang mengidamkan permukiman yang akrab lingkungan dan berkekotaan yaitu sifat kekotaan yang makin kaya, bermutu dan masyarakat yang madani.
Kebutuhan akan rumah semakin banyak jumlahnya sesuai dengan bertambahnya penduduk. Untuk mendapatkan rumah jika bukan dalam bentuk warisan dari orang tua sangat sulit karena harus memiliki lahan untuk mendirikan bangunan.
2.6.4. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu dari sekian problem kependudukan. Kesehatan itu amat mahal karena bagian dari anugerah dan kenikmatan Allah yang tidak ternilai harganya. Derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu faktor keturunan, faktor lingkungan alam, faktor sosial budaya atau kultur, dan faktor prilaku.
2.6.5. Pangan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok biologis, artinya manusia tanpa makan akan mati. Kekuatan menahan makan dapat diukur dengan hari, kemampuan menahan minum hanya dapat bertahan dalam beberapa jam, dan kekuatan menahan nafas atau oksigen hanya hitungan menit.
Jadi makan, minum, dan oksigen merupakan kebutuhan pokok biologis makhluk hidup, termasuk manusia. Apa artinya seseorang memiliki rumah mewah dan kendaraan mewah jika bahan makanan dikehendaki oleh Allah tidak tersedia sama sekali. Apapun nafkah dicari, makan merupakan kebutuhan instan yang wajib dipenuhi setiap saat. Minimal manusia harus makan dua kali dalam sehari.
2.6.6. Hukum
Manusia mengadakan kontak-kontak sosial di bidang peradilan, pembuatan undang-undang, pembuatan peraturan, pembuatan instruksi dan keputusan, tata tertib, hak asasi manusia. Masih banyak lagi sektor kehidupan sosial lainnya yang termasuk dalam konteks manusia dalam tinjauan hukum.

2.7.  Tiga Dimensi Lingkungan Hidup
Manusia di tengah tiga dimensi lingkungan hidup, yaitu lingkungan hidup alami (LHA) yang belum dijamah dan/atau sengaja dilindungi kesatuan dan keutuhan ekosistemnya. Lingkungan hidup buatan (LHB) yang sengaja di sentuh oleh tangan manusia. Sedangkah lingkungan hidup sosial (LHS), suatu lingkungan yang sarat dengan komunitas dan aktivitas manusia.
2.7.1. Lingkungan Hidup Alami (LHA)
Lingkungan hidup alami merupakan wilayah atau lingkungan yang tidak didominasi oleh manusia atau ekosistem manusia. Di dalamnya masih berlaku hukum tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup seperti udara, tanah, air, mikro-organisme, ikan, hama, ternak, rumput liar atau perumputan,  tanaman, kayu-kayuan, dan lain-lain.
Sebagian ilmuwan ada yang mengatakan bahwa pada lingkungan hidup alami kondisinya masih benar-benar belum disentuh oleh tangan manusia, sedangkan sebagian lain mengatakan sudah dijamah oleh tangan manusia meskipun sedikit dengan mengemukakan contoh seperti pembangunan waduk, lingkungan wisata alami, wisata bahari atau taman laut.
2.7.2. Lingkungan Hidup Buatan (LHB)
Suatu wilayah dimana manusia mengembangkan teknologi, seperti pertambangan, pertanian, industri, perhubungan, perkebunan, dan berbagai bentuk sarana-prasarana. Dalam lingkungan hidup buatan, pada hakikatnya merupakan sebuah lingkungan hidup artifisial dengan ciri ekosistemnya sudah lebih dominan ekosistem buatan manusia meskipun di dalamnya masih ada ekosistem secara alami pada beberapa bagian yang kecil dan terbatas.
2.7.3. Lingkungan Hidup Sosial (LHS)
Suatu wilayah yang di dalamnya berlangsung hubungan manusia dengan sesamanya dengan ciri dan sistem dimana berkembang hubungan struktural dan fungsional antara mereka atau disebut sosiosistem. Jadi yang menjadi konsentrasi pada lingkungan hidup sosial adalah manusia yang berada dalam wilayah kajian itu. Misalnya wilayah permukiman, baik di perkotaan maupun pedesaan atau daerah transmigrasi, suatu wilayah yang telah dihuni oleh manusia dan berlangsung secara struktural dan fungsional dalam kehidupannya.
Lebih jelas lagi seperti yang dikemukakan oleh Andrey Armour. Lingkungan hidup sosial meliputi:
1.      Bagaimana manusia hidup, bekerja, bermain, dan berkativitas keseharian.
2.      Sikap mental masyarakat.
3.      Bagaimana kelakuan tindak-tanduk masyarakat.
4.      Gaya hidup masyarakat.
5.      Bagaimana kesehatan masyarakat.
6.      Bagaimana kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
7.      Bagaimana  pendidikan masyarakat.
8.      Ritual dan kehidupan beragama masyarakat.
9.      Sistem nilai, norma, prilaku, sanksi, budaya, adat-istiadat, kebiasaan masyarakat, keyakinan.
10.  Community, dilihat dari aspek-aspek struktur penduduk, kohesi (hubungan erat atau kebersamaan), stabilitas sosial, estetika, dan infrastruktur yang digunakan atau diakui sebagai fasilitas umat.
11.  Kepindahan penduduk misalnya transmigrasi, pindah biasa dari satu tempat ke tempat lainnya atau misah rumah dari orang tua atau mertua ke kontrakan atau menempati rumah baru dan sebagainya.
2.7.4. Manusia sebagai Tema Sentral
Manusia sebagai tema sentral dalam ekologi manusia. Dalam konteks ekologi, posisi manusia adalah imanen (menyatu dengan alam), dimana manusia masih merupakan bagian dari alam dalam proses ekosistemnya. Dalam konteks ini manusia berperan secara fungsional menjadi eksklusif dengan alam karena beberapa alasan:
1.      Dengan akal pikirannya, manusia menjadi berbudaya. Dengan budayanya manusia bisa merubah tatanan alam dan memanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya.
2.      Dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan hidupnya, manusia sangat dominan di bandingkan dengan makhluk hidup yang lainnya.
3.      Dalam konteks hubungan transendental, manusia sudah membuat nilai-nilai baik dan buruk, merasakan adanya dampak negatif dan positif, dan membuat etika boleh dan tidak boleh.
4.      Manusia bukan hanya dominan dalam memanfaatkan sumber daya alam, akan tetapi juga dominan dalam merusak sumber daya alam.
5.      Manusia membuat aturan dalam berbagai macam bentuk norma seperti undang-undang, tata tertib, peraturan, baik bersifat internasional, nasional, regional, daerah, maupun bersifat lokal.
6.      Manusia juga paling dominan membuat pencemaran di darat, laut, dan udara sehingga menimbulkan berbagai macam dampak hayati, dampak fisik dan dampak sosial yang merugikan banyak komponen alam termasuk dirinya.
7.      Manusia mempunyai ilmu pengetahuan sebagai media untuk meneliti, mempelajari, memanfaatkan, dan mengolah sumber daya alam.
8.      Manusia menciptakan teknologi sebagai alat perpanjangan tangan ilmu pengetahuan dan sebagai alat untuk mengeksploitasi sumber daya alam.

2.8.  Tiga Perangkat Moral Penyelamat Lingkungan
Secara etika lingkungan, manusia terhadap lingkungan mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab yang terbesar di antara makhluk hidup lainnya. Untuk itu manusia dapat bersikap transendental terhadap lingkungan hidupnya. Hakikat masalah lingkungan hidup adalah memelihara hubungan serasi antara manusia dengan lingkungannya. Untuk keserasian salah satu acuannya digunakan etika lingkungan seperti yang dikemukakan oleh Nugroho, yaitu:
1.      Egoisme, yang bedasarkan keakuan, tetapi selama ia sadat akan ketergantungannya kepada pengada lain, maka sifat egoismenya dapat berperan serta dalam pengelolaan lingkungan;
2.      Humanisme, solidaritas kepada sesama manusia;
3.      Vitalisme, kesetiakawanan terhadap sesama makhluk hidup, baik berperasaan, seperti hewan (sentimentisme) maupun kepada yang tidak berperasaan seperti tumbuhan.
Altruisme, tingkatan terakhir yakni solidaritas kepada sesama pengada ciptaan Tuhan Maha Pencipta di bumi ini karena ketergantungannya (manusia) kepada sesama yang ada, baik yang hidup maupun yang mati.

2.9.  Ekologi Manusia dalam Perspektif Ajaran Islam
Begitu indah dan lengkap serangkaian ayat-ayat al-Qur’an yang mengungkapkan tema-tema ekologi manusia, ekosistem, unsur-unsur lingkungan hidup, aneka sumber daya alam, peranan manusia, energi, flora dan fauna, lingkungna fisik, dan lain-lain seperti yang di-Firmankan oleh Allah SWT di dalam QS. Al-An’am ayat 95-99:
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka mengapa kamu masih berpaling?”
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”
“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.”
“Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, Maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.”
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.”
Ekologi manusia diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana ekosistem mempengaruhi dan dipengaruhi kehidupan manusia. Atau ilmu yang mengkaji interaksi manusia dengan lingkungannya. Batasan ini masih objektif dan bersifat netral, sedangkan yang bersifat subjektif dan bertujuan ialah ilmu yang mempelajari tempat dan peranan manusia dalam ekosistemnya, atau yang lebih bertujuan lagi ialah ilmu yang mempelajari hakikat dan pengaturan tingkah laku manusia dalam lingkungan hidupnya.
Dari aspek ini Allah telah menganugerahi akal kepada manusia. Maka dengan akal itulah Allah menurunkan agama. Logikanya, apabila manusia diberikan akal pasti budayanya akan berkembang seperti yang kita rasakan selama ini, maka manusia akan terseret jauh kepada penyimpangan dan kebebasan serta kebablasan. Agama merupakan dasar untuk penuntun dan petunjuk juga merupakan dasar untuk mengatur bagaimana berhubungan dengan Sang Pencipta, dan hubungan dengan sesama manusia atau berhubungan dengan alam semesta sebagai tempat tinggal dan ruang rumah tangga manusia.
Dalam aplikasinya, Islam memitigasi asas madharat dengan menjaga agar lingkungan tidak terjadi kerusakan. Rusaknya ekosistem alam dilihat sebagai penyebab terancamnya kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Islam telah mengajarkan kebersihan secara komprehensif.
Dasar  pemikiran Islam tentang kebersihan, ketertiban, keindahan, keteraturan, berasa dari al-Qur’an diantaranya di dalam surat al-Qashash ayat 77 Allah SWT berfirman: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Merusak sumber daya alam dan mencemari lingkungan merupakan salah satu perbuatan yang tercela di dalam Islam. Sebaliknya dengan menjaga kelestarian daya dukung lingkungan, memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan merupakan hal yang sangat terpuji.
Sebagai contoh, Islam memerangi sampah karena sampah dapat menimbulkan berbagai macam dampak negatif jika tidak dikelola secara benar dan baik. Sampah dapat menjadi media berbagai macam penyakit, merusak keindahan pemandangan, jika dilihat dari aspek negatifnya.
Namun Islam juga menghargai sampah ketika sampah itu dikelola dengan baik dan mendatangkan manfaat kepada manusia, makhluk hidup lainnya dan lingkungan fisik. Sampah-sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos, dan sampah anorganik bisa didaur ulang menjadi barang baru seperti plastik, dan besi.
BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Manusia seharusnya menyadari kedudukan dan tanggung jawab dirinya, serta bagaimana idealnya beretika dengan ekosistemnya, dimana di dalam ekosistem berlaku hukum timbal balik yang saling menguntungkan. Suatu ekosistem akan berlangsung dalam batas-batas hukum alam antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Kehidupan manusia sangat tergantung kepada komponen-komponen lain dalam ekosistem itu sehingga secara moral alam manusia dituntunt untuk bertanggung jawab kepada keutuhan, kelangsungan, keseimbangan, dan kelestarian alam yang menghidupi dirinya sebagai wujud dari komitmen dan integritasnya terhadap ekosistem.
Oleh karena itu manusia harus menjadikan alam sebagai tema sentral dalam hal:
1.      Memanfaatkan sumber-sumber daya alam tetap dalam batas-batas toleransi tidak melampaui daya dukung lingkungan.
2.      Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam arti melestarikan fungsi sumber daya alam melalui:
a.       Kebijaksanaan penataan lingkungan hidup.
b.      Pemanfaatan sumber daya alam.
c.       Pengembangan sumber daya alam.
d.      Pemeliharaan keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
e.       Pemulihan keutuhan sumber daya alam dalam ekosistemnya terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
f.       Pengawasan berbagai bentuk aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya.
g.      Pengendalian terhadap dampak lingkungan hidup.
h.      Menciptakan, menerapkan dan pengembangan teknologi ramah lingkungan.
3.      Pembangunan berkelanjutan. Setiap pembangunan harus distandarisasikan kepada pembangunan berwawasan lingkungan hidup. Bukan saja layak teknis dengan menerapkan teknologi canggihnya dan layak ekonomis, akan tetapi juga harus layak lingkungan hidup.
4.      Membangun keserasian dan keseimbangan ekosistem. Memanfaatkan sumber daya alam harus tetap dalam pertimbangan masa depan.
5.      Melestarikan fungsi lingkungan hidup dimana daya dukung dan daya tampung lingkungan masih dalam batas toleransi.
6.      Menjaga baku mutu lingkungan, dimana setiap kegiatan harus diukur dengan standar baku mutu lingkungan untuk mendukung kelestarian fungsi-fungsi komponen ekosistem.
7.      Konservasi sumber daya alam, yaitu pengelolaan, perlindungan, pemeliharaan fungsi-fungsi lingkungan tetap dalam keserasian, keseimbangan, ketersediaan, dan dalam berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Sofyan Mufid. 2010. Ekologi Manusia. Bandung: Remaja Rosda Karya.


[1] Dalam UURI Nomor 32 pasal 1 ayat 4 disebutkan, bahwa ekosistem ialah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan untuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.


sumber referensi : Tugas Kuliah Heris Suhendar (Teman Kosan)