Assalamu'alaikum?.. selamat siang semua, apa kabar hari ini, kali ini saya akan berbagi ilmu dari sebuah makalah, namun sebelumnya saya ucapakan terima kasih kepada Saudara HERIS SUHENDAR (Teman Kost Saya) yang telah mengizinkan saya untuk memposting makalahnya di blog saya ini. Semoga ini bisa bermanfaat khususnya buat penulis, saya, dan buat kita semua. silahkan di simak.


PERADABAN ISLAM PADA MASA
DAULAH BANI UMAYYAH II
DI SPANYOL/ANDALUSIA DAN DAULAH FATIMIYAH DI MESIR

Mata Kuliah                : Sejarah Peradaban Islam
Dosen                          : Bp. Zaenuddin, M.Ag


Oleh :
Fahadil Amin AL Hasan
Heris Suhendar
Hermawati
Intan Marwatul Fuadah





JURUSAN MU'AMALAH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2011M/1432H


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah  ini. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad saw. yang menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan keindahan syurga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas akhir yang diberikan oleh bapak dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan mengusung judul Peradaban Islam Pada Masa Daulah Umayah II di Andalusia/Spanyol dan Daulah Fatimiyah di Mesir. Selain bertujuan untuk memenuhi tugas, tujuan penulis selanjutnya adalah untuk mengetahui latar belakang munculnya peradaban islam di Spanyol, menjelaskan berdirinya daulah Umayah di Spanyol, masa kejayaan Daulah Umayah di Spanyol, dan masa keruntuhan  Daulah Umayah di Spanyol.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu pengtahuan. Namun, berkat kerjasama yang solid dan kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
            Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang.
            Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.
Wa’alamualaikum Wr.Wb

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...............................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................   1
1.1 latar Belakang ..........................................................................................   1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................   1
BAB II PEMBAAHSAN ............................................................................   2
2.1 Islam di Andalusia/Spanyol ....................................................................   2
2.2 Perkembangan Islam di Spanyol .............................................................   6
2.2.1 Periode Pertama (711-755 M) ..............................................................   7
2.2.2 Periode Kedua ( 755-912 M) ...............................................................   8
2.2.3 Periode ke-3(912-1013M) ........................................................   14
2.2.4 Periode keempat (1013-1086 M) ..............................................   15
2.2.5 Periode Kelima (1086-1248 M) ................................................   16
2.2.6 Periode keenam (1248-1492 M) ...............................................   17
2.3 Kemajuan  Peradaban ..............................................................................   18
2.4 Sebab Runtuhnya Kerajaan .....................................................................   21
2.5 Daulah Fatimiah di Mesir ........................................................................   22
2.5.1 Peninggalan Peradaban .............................................................   23
2.5.2 Para Khalifah yang Memimpin Pada Masa Daulah ..................   23
2.5.3 Sumbangsih Para Khalifah .......................................................   24
BAB III KESIMPULAN ............................................................................   26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................   28

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Setelah berakhir periode klasik Islam, ketika islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologhinitulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan islam di Spanyol. Dari Islam Spanyol  di Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam berhasil mencapai masa keemasaan, Spanyol merupakan pusat perdaban Islam yang sangat penting, menyaingi baghdad di timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam disana.  Islam menjadi “Guru” bagi orang Eropa. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Sejak kapan islam berada di wilayah Andalusia/Spanyol?
2.      Bagaimana Daulah Umayah mendirikan kekuasaan di Andalusia/Spanyol?
3.      Di masa siapakah Daulah Umayah di Spanyol Berjaya?
4.      Apa yang menjadi sebab-sabab keruntuhan Daulah Umayah di Spanyol?
5.      Sejak kapan Daulah Fathimiyah berdiri?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  ISLAM DI ANDALUSIA/SPANYOL
Spanyol/Andalusia di kuasai oleh umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Daulah Umayah yang berpusat di Damaskus.[1] Dan masa ini berlangsung selama hampir delapan abad ( 711 – 1492 M ).
Sebelum umat Islam menguasai Andalusia wilayah yang terletak disekitar semenanjung Iberia dan membelah Benua Eropa dengan Afrika ini dikenal dengan berbagai nama. Sebelum abad ke – 5 M, wilayah ini disebut dengan Iberia ( atau Les Iberes ), yang diambil dari nama Bangsa Iberia ( penduduk tertua diwilaya tersebut ). Ketika berada dibawah kekuasan Romawi, wilayah ini dikenal dengan nama Asbania. Pada abad ke – 5 M, Andalusia dikuasai olah Bangsa Vandal yang berasal dari wilayah ini sejak itu wilayah ini disebut Vandalusia yang oleh umat Islam akhirnya disebut “ Andalusia “. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian banyak perpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan itu.
Kemudian setelah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Peristiwa ini menyebabkan putera-putera raja Witiza sangat marah dan mereka mengadakan perjanjian persekutuan dengan kaum muslimin. Begitu pula telah terjadi perselisihan antara Count Julian yang memegang pemerintah. Perselisihan ini kabarnya karena Roderik mencemarkan kehormatan puteri dari Julian. Karena itu Julian ingin membalas dendam untuk membela kehormatan dan nama baiknya. Ia berusaha mendorong kaum Muslimin supaya menyerbu ke Spanyol. Tentunya ini merupakan kesempatan yang baik bagi kaum muslim.
Kaum yang memusuhi Rodrick itu akhirnya meminta Graf Julian bekerja sama Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada Khalifah walid bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad, kemudian Thariq bin Ziyad berngkat untuk memimpin 7000 orang tentara yang terdiri dari bangsa Babar. Mereka menyebrangi selat itu dengan kapal-kapal yang disediakan oleh Julian, penguasa di Septah, yang dulunya pernah pula menyediakan kapal-kapal untuk Tharif dan pasukannya. Ini terjadi pada bulan Rajab atau Sya’ban tahun 92 H. Thariq beserta pasukannya kemud ian mendarat dan menempati suatu gunung yang sampai kini masih dikenal dengan namanya sendiri, yaitu “jabal Thariq” (Giblatar). Disanalah Thariq mempersiapkan satuan-satuannya untuk menyerbu semenanjung yang luas dan makmur itu.[2]
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dari hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang arab yang dikirim Khalifah Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi Selat dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya. Dikenal dengan nama Giblatar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam Pertempuran di suatu tempat bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada, dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu). Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5.000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Ghotik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyebrangi selat itu dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa berhasil menaklukan Sidonia, Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navare.[3]
Selanjutnya Thariq menggerakkan pasukannya ke pusat kekuasaan Roderick di Spanyol. Roderick terdesak sampai perbatasan tebing sungai Guadelete, di perbatasan antara Medinia dan Sidonia. Merasa tidak ada jalan lain, akhirnya Roderick meninggal dengan terjun ke dalam sungai Guadelete. Setelah berhasil dalam pertempuran melawan Roderick, Thariq dengan mudah menaklukan kota Sidonia, Carmona, dan Granada. Setelah menaklukan kota Cordova, ia segera bergerak ke Toledo, Ibukota pemerintahan Spanyol dan berhasil menguasainya. Jadi dalam waktu singkat, pasukan Thariq berhasil menguasai sebagian besar wilayah Spanyol.
Kesuksesan Thariq yang gemilang menarik perhatian Musa ibn Nusyair. Ia mendarat di Spanyol dengan 18.000 pasukan pada bulan Juli 712 M., dan segera menaklukan kota Saville dan sejumlah kota kecil lainnya. Di dekat kota Toledo Musa menjumpai Thariq. Dengan sikap marah Musa menanyakan prihal harta rampasan perang selama ini, namun akhirnya mereka mencapai kesepakatan sehingga terbentuklah pasukan gabungan. Pasukan gabungan itu dengan mudah menaklukkan kota sarragosa, Terragona dan Barcelona. Selanjutnya Musa mengerahkan pasukannya karah Timur untuk menaklukkan negeri-negeri Eropa lainnya. Sementara itu kabar mengenai perlakuan Musa terhadap Thariq ibn Ziyad terdengar sampai Damaskus, Sehingga Raja Walid I memerintahkan Musa kembali ke Damaskus.[4]
Orang tak dapat membenarkan riwayat yang menggambarkan adanya rasa permusuhan dan saling membenci antara Musa dan Thariq, dan bahwa Musa pernah menganiaya dan mempersalahkan Thariq. Semua fakta yang ada dihadapan kita bahkan menunjukkan adanya kerjasama yang erat antara kedua pahlawan itu. Musa telah mengirim bala bantuan kepada Thariq, dan kemudian ia sendiri datang kesana dan menaklukkan negeri-negeri yang berada di belakang pasukan Thariq. Dengan demikian ia telah berusaha untuk menghindarkan pasukan-pasukan Thariq dari pukulan musuh dari belakang. Selanjutnya, kedua pahlawan itu terus maju bergandeng bahu dan bekerja sama dalam menaklukkan negeri-negeri yang masih tertinggal, hingga akhirnya mereka mencapai kemenangan yang sempurna di daerah itu. Melihat fakta-fakta ini bagaimana pula kita bias bekata bahwa antara kedua pahlawan itu ada rasa permusuhan?[5]
Sebelum meninggalkan Spanyol, Musa mengatur keperluan untuk tegaknya wilayah yang baru saja ditaklukkannya. Ia mengangkat ketiga putranya : Abdul Aziz sebagai Raja muda di Spanyol, Abdullah sebagai gubernur di Afrika, dan Abdul Malik sebagai gubernur Maroko. Dengan membawa harta rampasan dalam jumlah yang besar, Musa kembali ke Damaskus untuk diserahkan kepada Raja Walid I, namun sang raja meninggal sebelum Musa tiba di Damaskus.
Penaklukan pasukan muslim terhadap Spanyol merupakan lembaran baru yang gemilang bagi sejarah negeri ini. Penaklukan tersebut menyelamatkan wilayah Spanyol dari Tirani. Ghotik, dengan membuka suatu era baru di mana kebenaran dan keadilan ditegakkan. Prinsip persaudaraan universal diterapkan kepada seluruh rakyat. Kebebasan beragama terjamin, baik bagi mereka yang beragama yahudi maupun Kristen. Sekalipun atas mereka diwajibkan membayar jizya, namun terasa sangat ringan dibandingkan beban berbagai pajak yang dipikul mereka pada masa sebelum pemerintahan muslim. Segala bentuk perpajakan yang memberatkan rakyat dihapuskan dan digantikan dengan sistem perpajakan yang adil. Para budakdan hamba sahaya dibebaskan. Perdagangan dan perniagaan mengalami kemajuan pesat. Pertanian dikembangkan dengan membangun sejumlah sistem irigrasi. Pembangunan menjadikan sejumlah kota di Spanyol berdiri dengan megah. Cordova merupakan simbol kehebatan pada abad pertengahan, suatu abad di mana bangsa Eropa tengah dilanda kegelapan dan kebodohan. Spanyol merupakan satu-satunya negeri Eropa yang pertama kali mengalami masa pencerahan lantaran kemajuan pendidikan dan peradaban, pada saat itu kemajuan pendidikan dan peradaban Spanyol selama masa pemerintahan muslim mengantarkan negeri-negeri Eropa lainnya mencapai masa pencerahan di masa belakangan.
Demi ketertiban urusan administrasi, pemerintahan muslim di Spanyol dibagi menjadi empat wilayah provinsi, masing-masing di bawah penguasaaan gubernur. Masyarkat Spanyol diberikan kebebasan beragama dan antara mereka dengan kaum emigrant Arab Muslim menjalin integritas masyarakat, bahkan dalam urusan perkawinan sekalipun. Mereka diberikan kebebasan hidup, beragama dan kebebasan berfikir. Selama masa ini masyarakat Spanyol mengalami kemajuan pesat dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, sehingga Spanyol mencapai puncak kemajuan, pada saat itu, selama pemerintahan Muslim.[6]

2.2  PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL/ANDALUSIA
Sejak pertama kali berkembang di Spanyol sampai dengan berakhirnya kekuasaan Islam di sana, Islam telah memainkan peranan yang sangat besar. Masa ini berlangsung selama hampir 8 abad (711-1492 M). Pada tahap awal semenjak menjadi wilayah kekuasaan Islam, Spanyol diperintah oleh wali-wali yang diangkat oleh pemerintahan Bani Umayah di Damaskus. Periode ini kondisi sosial politik di Spanyol masih diwarnai perselisihan disebabkan karena kompleksitas etnis dan golongan. Selain itu juga timbul gangguan dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di wilayah-wilayah pedalaman. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdur Rahmad Al-Dhalil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.[7]


2.2.1        Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan terhadap khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa, merekalah yang berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri, terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yunani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pergunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.
            Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan dipandang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 13 H/755 M.[8]


2.2.2        Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (Panglima atau Gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintah. Spanyol menjadi bagian dari imperium Islam dalam masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Sejak itu Spanyol merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Islam. Bangsa Spanyol bahagia dan makmur di bawah pemerintahan Muslim. Ia tetap menjadi bagian dari kekhalifahan Umayah hingga pecahnya pemberontakan Abbasiyah. Abbasiyah berhasil menegakkan kekuasaannya di berbagai bagian imperium kecuali Spanyol. Di sana seorang putra Bani Umayah mendirikan pemerintahan yang merdeka.
Pendiri dinasti Umayah yang merdeka ini ialah Abdurrahman bin Abi Spfyan, cucu Khalifah Umayah ke 10, Hisyam. Dia adalah salah seorang di antara sedikit Bani Umayah yang terlepas dari Pembalasan dendam yang keji dari khalifah Abbasyiah yang pertama, Asaffah. Setelah singgah lima tahun di Palestina, Mesir, dan Afrika, akahirnya dia sampai di Geuta. Disana dia diberi perlindungan oleh seorang Berber, keluarga pamannya dari pihak ibu. Kemudian mengutus pelayannya, Badar, untuk berunding dengan orang-orang Siria di Spanyol. Orang-orang Siria merupakan pendukung utama bani Umayah, dan mereka siap menyambut pemuda petualang dari dinasti kesayangannya itu. Karena itu Abdurrahman pergi ke Spanyol dan memperoleh sambutan hangat pada tahun 755 M. Pribadi yang menarik dari seorang Petualang muda ini serta nama besar keluarganya, membuat dia memperoleh dukungan rakyat. Gubernur Abbasiyah yang lemah memeranginya di Masarah. Pertempuran Masarah itu merupakan pertempuran yang menentukan. Yusuf gubernur Abbasiyah untuk Spanyol, dikalahkan karena Khalifah Manshur tidak dapat mengirimkan bantuan pada waktunya. Abdurrahman menjadi penguasa Spanyol dan menempatkan dirinya di Singgasana Spanyol sebagai seorang amir yang merdeka (756 M).maka di dalam masa enam tahun sejak kejatuhan pemerintahan Umayah, suatu dinasti Umayah yang baru didirikan di Spanyol.[9]
Semenjak menjabat sebagai penguasa Spanyol, Abdur Rahman menghadapi berbagai gerakan pemberontakan internal. Gangguan pihak luar yang terbesar adalah serbuan pasukan papin, seorang raja prancis dan putranya bernama Charlemagne. Namun pasukan penanggung jawab ini dapat dikalahkan oleh kekuatan Abdur Rahman. Belum selesai menangani aksi pemberontakan ia keburu meninggal dunia pada tahun 172 H/788 M., sebelum Amirat Umayah di Spanyol ini berdiri tegak.[10]
1.       Hisyam I (172-180 H/788-796 M)
Abdur Rahman di gantikan oleh putranya yang bernama Hisyam I (172-180 H/788-796 M). Ia merupakan penguasa yang lemah lembut dan administrator yang liberal. Ia menghadapi pemberontakan yang dilancarkan oleh saudaranya sendiri di Toledo, yakni Abdullah dan Sualiman. Pemberontakan ini dapat ditaklukan oleh Hisyam. Selanjutnya Hisyam mengarahkan perhatiannya ke wilayah utara. Umat Kristen yang tidak henti-hentinya melancarkan gangguan keamanan ditindasnya sekaligus berhasil mengalahkan kekuatan perancis. Kota Norebonne ditaklukkannya, sementara suku-suku yang tinggal di Galicia mengajukan perdamaian.
Hisyam merupakan penguasa yang adil, dan bermurah hati khususnya terhadap rakyatnya yang lemah dan miskin. Ia senantiasa ingin mengetahui keluhan si miskin ia senantiasa dengan keluar malam masuk perkampungan di kordoba, dan dengan mengunjungi mereka yang sedang sakit. Lalu meringankan beban mereka dengan membagikan sejumlah uang. Sekalipun tempramennya lemah lembut, namun seringkali ia menunjukan sikap tegas terhadap para pesuruh dan pemberontak yang mengancam stabilitas Negara.
2.      Hakam I (796-822 M)
Hakam I menggantikan ayahnya, Hisyam I, menduduki tahta Spanyol. Dia adalah orang yang tidak baik dan tidak mulia. Dia suka dilingkungi kemegahan dan pertunjukan-pertunjukan. Pembawaanya suka senang-senang dan menikmati kehidupan yang diperolehnya, dia sangat kecanduan dengan minum anggur.
Tak lama setelah pelantikannya, hakam dihadapkan pada pemberontakan yang hebat dari para pembelot yang dipimpin oleh seorang Faqih. Orang-orang faqih itu sangat mempengaruhi para pembelot yang tinggal dipinggiran kota Cordova sebelah selatan, yang ketika itu ibu kota Spanyol Muslim. Karena kedermawanan kebijakan Hisyam yang disalahgunakan, kaum faqih itu menjadi suatu kekuatan di negeri itu. Dia menghindari semua campur tangan dalam urusan Negara” karena frustasi dalam harapannya memperoleh kekuasaan, dan merasa bangga akan kependetaan mereka, mereka menjadi penghasut dengan pidato-pidato.” Oleh karena itu, kaum faqih berusaha membakar kefanatikan orang-orang Spanyol Muslim. Pengaruh mereka di antara orang-orang itu tak terhingga. Sebagian besar penduduk di seleruh jazirah itu adalah mualaf, yaitu orang-orang yang baru masuk Islam. Mereka diangap rendah oleh orang-orang Arab yang berdarah murni. Pemimpin kaum faqih itu, Yahya bin Yahya, berkomplot dengan sekelompok kaum bangsawan untuk mengangkat seorang paman Hakam ke atas singgasana Kordofa. Akan tetapi, komplotan itu tercium sehingga tokoh-tokoh faqih serta kaum bangsawan, sekitar 72 orang junmlahnya, dibunuh, dan Yahya selamat melarikan diri.[11]
Hakam meninggal pada tahun 207 H/ 822 M, setelah berkuasa selama 26 tahun, suatu periode yang paling banyak diwarnai pertempuran. Ibnu Al-Athir, mencatatnya sebagai penguasa Andalusia pertama yang bijaksana sekaligus ksatria. Satu kekurangannya adalah tidak bersikap ramah terhadap fuqaha. Ia tidak menghendaki campur tangan fuqaha dalam urusan Negara. Inilah sebab timbulnya gerakan fuqaha yang berusaha menggulingkan kekuasaan hakam. Mererka muncul sebagai oposisi hakam dan berusaha menciptakan kegaduhan sehingga melatari gerakan pemberontakan di Gordoha.[12]
3.      Abdurrahman II (822-852 M)
Hakam digantikan oleh anaknya, Abdurrahman, yang nama panggilannya Ausad.pergantiannya tidak terlepas dari persaingan karena Abdullah, anak Abdurrahman I, melakukan usaha untuk menduduki tahta. Namun hal ini gagal dan Abdullah harus tunduk.
Pemerintahan tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan. “orang-orang Kristen dari Merida bangkit memberontak di bawah pimpinan Mahmud bin Al Jabar, bekas pengumpul pajak dan sulaiman bin Martin. Penyebab pemberontakan ini adalah pembebanan pajak atas barang sehari-hari dan kekejaman para mentri serta para pengumpul pajak“. Abdurrahman menumpasnya dengan kekerasan. Bajingan-bajingan itu ditundukkan dan 7000 pemberontak di bunuh. Suatu pemberontakan yang baru pecah di Toledo. Dalam pemberontakan itu para neo/muslim dan orang-orang Yahudi mengambil bagian. Pemberontakan itu dipimpin oleh seorang muallaf yang bernama Hasyim. Akan tetapi, Hasyim dapat dikalahkan dan dibunuh dan para pemberontak itu dicerai-beraikan.
Menjelang akhir pemerintahan, golongan fanatic dari penduduk Kristen di Kordova bangkit memberontak. Pemberontakan ini mengambil sikap yang paling membahayakan. Mereka menghina orang-orang Islamdan menjelek-jelekkan Nabi mereka. Tidak beral;asan bagi orang-orang Kristen untuk mengeluh terhadap pemerintahan Arab. Mereka memperoleh kebebasan beragama, kehidupan social dan ekonomi serta di beri jabatan-jabatan yang penting dalam pengelolaan Negara. Orang-orang Kristen itu sangat terpengaruh olehj kesusaateraan dan bahasa Arab. Mereka juga mengadopsi perilaku dan adat istiadat Arab tanpa memeluk agama Islam. Orang-orang Kristen yang terpengaruh ooleh Arab itu, yang disaebut Mozarab, dibenci oleh saudara-saudaranya yang fanatic dengan mencela mereka sebagai tidak beragama. Pasra pemimpin golongan masyarakat ini adalha seorang pendeta, Enlogios dan sahabatnya, Alvaro. Mereka menggerakkan yang tidak puas dan dengan cara itu meningkatkan kebencian golongan yang keras kepala. “Fitnahan kepada Nabi Muhammad dan kepada Islam oleh orang-orang Kristen mempunyai arti yang sangat pentinmg di dalam sejarah Islam di Spanyol. Hal itu menunjukkan sikap keras kepala orang-orang Kristen yang menolak pemerintahan Muslim dan mengutuk setiap yang berbau Muslim”. Abdurrahman harus mengambil tindakan yang efektif di dalam masalah itu, dan mengakibatkan banyak laki-laki maupun perempuan yang suka rela mati sebagai syuhada.[13]
Abdurrahman mewarisi kejayaan dan kemakmuran yang diciptakan oleh pendahulunya yaitu Hakam. Kerusuhan yang terjadi pada saat itu antara lain ditimbulkan oleh umat Kristen di daerah pendalaman yang dikepalai pimpinan Suku Leon, dan juga terdapat serbuan bangsa Norman terhadap wilayah pantai Spanyol. Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan pada masa pemerintahan II selama 30 tahun ini, perekonomian rakyat mengalami kemajuan dan kemakmuran. Ia sangat mencintai seni, kepustakaan, dan berusaha membangun Kordoba sebagai Baghdad II. Ia mendirikan sejumlah Istana, taman dan menghiasi Ibukota dengan berbagai bangunan mesjid yang indah. Banyak Ilmuwan berkumpul di istananya yang sebagian mereka berasal dari Baghdad.
4.      Muhammad I (238-273 H / 853-886 M)
Muhammad menggantikan kedudukan ayahnya yaitu Abdurrahman II. Pada masa ini masyarakat Kristen Toledo dengan bantuan pimpinan suku Leon bangkit menentang Muhammad. Pasukan Muhammad menumpas kekuatan pemberontak dalam pertempuran di Guadelet. Di Kordoba timbul gerakan perusuh. Muhammad segera menempuh langkah-langkah pengamanan ibukota ini dengan menumpas semua kekuatan pemberopntak. Kekacauan di pusat pemerintahan ini dimanfaatkan oleh bangsa Perancis dengan menciptakan gangguan di wilayah utara, dan oleh Normandia yang melancarkan serbuan terhadap wilayah pantai Spanyol.
Kedua kekuatan asing ini dapat dikalahkan oleh pasukan Muhammad I. Pada akhir masa pemerintahan, muncul sejumlah pemberontakkan diberbagai pennjuru. Seorang muslim Spanyol yang bernama Musa mengklaim sebagai penguasa atas kota Aragon. Pemberontakan di wilayah barat dipimpin oleh Ibnu Marwan. Pemberontakan terbesar terjadi di wilayah perbukitan antara kota Ronda dan Malaga yang dipimpin oleh Umar ibnu Hafsun.
5.      Munzir (273-275 H/886-888 M)
Munzir merupakan penguasa yang energik dan pemberani. Seandainya ia berusia panjang, niscaya ia cukup mampu menegakkan kedamaian dan ketertiban Negara. Munzir memimpin sendiri pasukan untuk menghadapi kekuatan Umar ibn Hafsun. Ia keburu meninggal sebelum mengamankan Negara dari gangguan para pemberontak.
6.       Abdullah (275-300 H/888-912M)
Abdullah merupakan saudara Munzir. Menurut ibn Al-Athir, “Pada masa ini timbul gerakan pemberontakan dan kerusuhan di segenap penjuru wilayah Spanyol. Kondisi ini berlangsung sejak awal masa pemerintahanm Abdullah hingga berakhir”. Ia tidak hanya mendapat perlawanan dari masyarakat Spanyol pedalaman, tetapi kelompok Aristokratis arab juga menentangnya. Pertengkaran yang sengit terjadi antar kelangan Arab, kalangan Seville, kalngan Elvire. Pertengkaran ini sangat mengancam kekuasaaan raja.Umar ibn Hafsun memanfaatkan kondisi pertengkaran ini dengan upaya memperluas wilayah kekuasaan hingga mendekati batas Ibukota. Abdullah mengarahkan pasukannya untuk menumpas gerakan pemberontakan dibawah pimpinan Obaydullah. Pemberontakan yang terbesar selama ini, yakni pemberontakan Umar ibn Hafsun berhasil dikalahkan oleh pasukan Obaydullah, sehingga pemberontakan kecil lainnya segera tunduk kepadanya. Tahta kerajaan berhasil ditegakkannya.[14]

2.2.3        Periode ke-3(912-1013M)
Periode ini berlansung mulai dari pemerintahan Aburrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Mulk At-Thawa’if. Pada periode ini, Spanyol diperintahn oleh penguas adengan gelar khalifah, pengguanaan gelar khalifah tersebut bermual dari berita yang sampai pada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir Khalifah Daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasyiah sedang berada dalam kemelut, ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman An-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M) dan Hisyam II(976-1009 M).
Pada periode ini umat islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi kejayaan Daulah Abbasyiah di Baghdad. Abdurrahman An-Nasir mendirikan universitas Kordoba. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seporang korektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran Khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia 11 tahun. Oleh karena itu, kekuasaan aktual berada diterangan para pejabat. Pada tahun 981 M, khalifah menunjuk ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya secara mutlak dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberghasilannya, dia mendapat gelar Al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya Al-Muzaffar, yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, dia digantikan oleh adiknya yang tidak memilikim kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, Negara yang tadinya m,akmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah menguindurkan diri. Beberraapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya, pada tahun 1013 M, Dewan Mentri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah berpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.[15]
1.      Abdurrahman III
2.      akam II(961-976 M)
3.      Hisyam II ( 972 M )
4.      Hajib Al-Manshur (976-1002 M)
5.      Sulaiman.
Kejayaan Daulah Umayah berakhir ketika meninggalnya Hakam pada tahun 366 H atau 976 M.[16]

2.2.4        Periode keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya, orang-orang kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dana sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.[17]

2.2.5        Periode Kelima (1086-1248 M)
Sekalipun pada masa ini kekuatan muslim Spanyol terpecah menjadi sejumlah negara kecil, namun terdapat kekuatan yang dominan yakni dinasti Murabithun (1086-1143 m). dan diansti Murabithun pada mulanya merupakan gerakan keagamaan di Afrika utara yang dipimpin oleh tokoh-tokoh agama (kiai) yang tinggal di Ribath (sejenis surau) yang dipimpin oleh seorang guru yang bernama Abdullah ibn Yasin. Gerakan Ribath ini berubah menjadi gerakan militer yang melakukan gerakan expansi di bawah pimpinan ibn Tasyfin yang berpusat di kota Marrakusy.
Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di sana yang telah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk manguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan diansti ini berakhir, baik di Afrika utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
Al-Muwahhidun didirikan oleh ibn Tumart, berasal dari kawasan sus di Afrika Utara. Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan al-Muwahhidun karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman anthropomorfisme (tajsim) yang dianut oleh Murabitun. Karena itu, semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabithun. Ditangan Abdul Mun’im, seorang panglima militer Ibn Tumart dan sekaligus pengganti kedudukannya, Muwahhidun berhasil memasuki Spanyol. Antara tahun 1114-1154 M., kota-kota muslim di Spanyol.jatuh ke tangannya; kordoba, Almeria, dan Granada. Abdul Mun’im digantikan oleh saudaranya yang bernama Yaqub, dan kemudian tampilah Yaqub sebagai penerusnya. Dalam beberapa generasi ini Muwahhidun mengalami masa-masa kemajuan. Setelah kematian Yaqub, Muwahhidun memasuki masa-masa kemundurannya.bersama dengan kemunduran Muwahhidun ini, Pasukan salib yang telah dikalahkan oleh salahuddin di palestina kembali ke eropa dan mulai menggalang kekuasaan baru di bawah pimpinan Alfanso IX. Kekuasaan keristen ini mengulangi serangannya ke Andalusia. Kali ini mereka berhasil mengalahkan kekuatan muslim Muwahhidun. Setelah beberapa kali mengami kekalahan dan terusterdesak, akhirnya penguasa Muwahhidun meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (Marokko). Sepeninggalan Muwahhidun ini, di Spanyol timbul kembali sejumlah kerajaan kecil. Di antara mereka yang terbesar adalah kekuatan Muhammad ibn Yusuf ibn Nash yang lebih terkenal sebagai " ibn Ahmad". Ia berhasil menegakkan sebuah kerajaan selama kurang lebih 2 abad.[18]

2.2.6        Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti bani Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an- Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa diwilayah yang terkecil. Kekuasaan islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengganti menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha memberantas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh kemudian digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand an Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang syah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu sasja, Ferdinan dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinan dan Isabela. Dan keudian dia hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M. umat islam setelah itu dihadapjkan pada 2 pilihan, masuk Krusten atau meniggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di daerah ini.[19]

2.3  KEMAJUAN PERADABAN
1. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brillian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa bani Umayyah yang ke-5, Muhammad bin Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif Al-Hakam(961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis di impor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga, Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu mernyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhmmad ibn Al-Sayyigh yang lebih dikenal dengan ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragossa ia pindah ke Sevila dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez pada tahun 1138 M dalam usia yang masih muda sepertyi Al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid. Serta yang terkenal lainnya ialah Abu Bakr Ibn Thufa'il, penduduk asli Wadhi' Asy, sebuah dusun kecil disebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rasyd, dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. cirri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama.dia juga ahli Fiqh dengan karyanya Bidayatul Mujtahid.
2. Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas Ibn Farnash termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi.ialah orang pertama yang menemukan perbuatan kaca dari batu. Ibrahim Ibnu Yahya Al Naqqash terkenasl daalm Ilmu Astronomi. Ia dapat menentikan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat mnenetukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad Ibnu Ibas dari cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan binti Al Abi Jafar dan saudara perempuan Al-Hafiz adalah dua orang ahli kedoktoran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibnu jubair dari falencia ( 1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Medinterania dan Sicilia dan Ibnu batutah dari tangier (1304-1377 M) mencapai samudra pasai dan cina. Ibnu Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan ibnu khaldun dari Thunis perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan bertempat tinggal sdi Spanyol, kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian besar-besar nama besar dalam bidang sains.

3. Fiqih
Dalam bidang fiqih Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mahzab Maliki. Memperkenalkan mahzab ini adalah ziat ibnu abdul arrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh ibnu Yahya yang menjadi Qodi pada masa Hisyam ibnu ala rahman. Ahli fiqih lainnya diantaranya adalah abu baker ibnu al qutiyah, munzir ibnu said al baluti dan ibnu hazm yang terkenal.
4. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan bidang seni suara Spanyol Islam mencapai kecermelangan dengan tokohnya al hasan ibnu Hafi yang dijuluki zariyab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan perjamuan zariyab selalu tampil menunjukan kebolehannya. Ia juga terkenak sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya. Baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemashurannya tersebar luas.
5. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dalam bahasa arab baik keterampilan membaca maupun tata bahasa mereka itu antara lain : Ibnu Sayyidi, Ibnu Malik, Pengarang Alfiyah, Ibnu Khuruf, Ibnu al Hajj, Abu Ali Al Isybilli, Abu Al Hasan, Ibnu Usfur, dan Abu Hayyan al Gharnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu karya-karya sastra banyak bermunculan seperti al 'Iqd Al Farid karya Ibnu Abdul Rabbih, Al Dzakhirah fi mahasin ahl al-jazirah oleh Ibnu Bassam, kitab ala Qalaid buah karya Al Fath Ibnu Khaqam dan banyak lagi yang lain.
Cordova
Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, dan kemudian diambil alih oleh Bani Umayah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun diatas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman kota dibangun untuk menghiasi ibukota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan bunga di impor dari timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istaan yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap Istana dan taman diberi nama tersendiri dan dipuncaknya terpancang Istana damsik.
Diantara kembanggaan kota cordova lainya adalah mesjid cordova. Menurut ibnu al dhalai', terdapat 491 mesjid disana, di samping itu, cirri khusus kota-kota Islam adalah tempat tempat pengundian. Di cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pergunungan yang panjangnya 80 km.
Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Diosana berkumpul sisa-sisa kekuatan arab dan pemikir Islam. Posisi cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur bangunannya terkenal diseluruh Eropa Istana al hamra yan gindah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.
Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bias di perpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.

2.4  SEBAB RUNTUHNYA KERAJAAN ISLAM DI SPANYOL
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hokum dan adapt mereka termasuk posisi hierarkhi tradisional asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan Negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa kedua Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnyaq timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
3. Tidak jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahliwaris. Bahkan, karena inilah kekuasaan bani Umayyah runtuh dan Muluk At-Thawa'if muncul ke Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinand an Isabela, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
4. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendiri, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen disana.[20]

2.5  DAULAH FATHIMIYAH MESIR
Dinasti Fathimiyah berdiri tahun 297-567 H /909-1171 M semula di Afrika Utara kemudian di Mesir di Syiria. Dinasti ini beraliran syiah Ismailiyah dan pendirinya Ubaidillah al-Mahdi yang datang dari Syria ke Afrika Utara menisbahkan nasabnya hingga Fathimah binti Rasullulah SAW istri Ali bin Abi Thalib.
Ketika Bani Fathimiah yang berkuasa di Afrika Utara sekitar 60 tahun, kemudian pindah ke Mesir tahun 973 M, juga telah memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap perkembangan peradaban di daerah itu. Salah satu peninggalan terbesar bagi peradaban Islam yang dicapai adalah Perguruan Tinggi (Masjid) Al-Zaituna. Universitas yang berada di Tunisia itu merupakan Universitas tertua di dunia Islam berdiri tahun 976 M. tetapi pembangunan Universitas Itu sesungguhnya dilaksanakan setelah pusat pemerintahan pindah ke Mesir.

2.5.1        Peninggalan Peradaban
Kota Kairo dibangun pada tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dinasti Fathimiyah yang beraliran Syi’ah Ismailiyah, Jawhar al-Siqili, atas perintah Khalifah Fathimiyah, al-Mu’izz Lidinillah (953-975), sebagai ibu kota kerajaan dinasti tersebut. Bentuk kota ini hampir merupakan segi empat. Di sekelilingnya dibangun pagar tembok besar dan tinggi, yang sampai sekarang masih ditemui peninggalannya. Pagar tembok ini memanjang dari masjid Ibn tulun sampai ke Qal’at Al-Jabal, memanjang dari Jabal Al-Muqattam sampai ke tepi sungai Nil. Daerah-daerah yang dilalui oleh dinding ini sampai sekarang disebut al-Husainiyah, bab al-luk, Syibra, dan Ahya Bulaq
c Perguruan tinggi Al-Azhar sangat berperan dalam meningkatkan kebudayaan dan peradaban Islam, baik di negeri Arab atau di negeri bukan Arab. Selama berabad-abad perguruan Tinggi Al-Azhar menjadi pusat pendidikan dan pertemuan para pelajar seluruh dunia dan menimba pengetahuan agama Islam.

2.5.2        Para Khalifah yang Memimpin Pada Masa Daulah Fathimiyah
Periode Fathimiah dimulai dengan al-Mu’izz dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan anaknya, al-Aziz. al-Mu’izz Lidinillah dan ‘Aziz (975-996 M) di Mesir dapat disejajarkan dengan Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun di Baghdad.
Khalifah-kalifah Daulah Fathimiyah secara keseluruhan ada empat belas orang, tetapi yang berperan adalah:
1. Ubaidillah al-Mahdi
2. Qo’im (322 H/934 M)
3. Mansur (334 H/945 M)
4. Mu’izz (341 H/952 M)
5. Aziz (364 H/973 M)
6. Hakim (386 H/996 M)
7. Zahir (411 H /1020 M)
8. Mustansir (427 H/1035 M).

2.5.3        Sumbangsih Para Khalifah
Pada masa pemerintahan al-Aziz, mengadakan program dengan mendirikan Masjid-masjid, istana, jembatan, dan kanal-kanal baru. Pada masa Aziz Billah dan Hakim Biamrillah, terdapat seorang mahaguru bernama Ibn Yunus yang menemukan pendulum dan ukuran waktu dengan ayunannya. Karyanya Zij al-Akbar al-Hakimi diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dia meninggal pada tahun 1009 M dan penemuan-penemuannya diteruskan oleh Ibn an-Nabdi (1040) dan Hasan Ibn Haitham, seorang astronom dan ahli optika. Yang disebut terakhir menemukan sinar cahaya datang dari objek ke mata dan bukan keluar dari mata lalu mengenai benda luar.
Pada masa pemerintahan al-Hakim (996-1021 M), didirikan Bait Al-Hikmah, terinspirasi dari lembaga yang sama yang didirikan di Cordova dan al-Ma’mun di Baghdad. Dilengkapi dengan perpustakaan yang bernama Dar Al-Ulum yang diisi dengan bermacam-macam buku tentang bermacam-macam ilmu. Lahir sarjana-sarjana dalam bermacam-macam ilmu, diantaranya yang terkenal adalah Ibn Haitsam yang di Barat disebut dengan al-Hazen. Bukunya kitab al-Manazhir mengenai ilmu cahaya diterjemahkan ke dalam bahasa latin di masa Gerard of Cremona dan disiarkan tahun 1572.
Di masa khalifah ke-8 Mustansir pengembangan ilmu makin semarak dengan perpustakaan Negara yang dipenuhi dengan 200.000 buah buku. Zaman khalifah-khalifah ini Mesir mengalami kemakmuran. Perdagangan juga berkembang ke segala arah, ke India, ke Italia, dan Laut tengah barat, dan kadang-kadang ke Byzantium. Kota Kairo menjadi kota internasional yang berkembang produksi-produksinya. Kemakmuran penduduknya juga merangsang timbulnya pemikiran dari seluruh Dunia Islam karena semangat intelektualnya dan semangat toleransinya.
Dinasti Fathimiah ditumbangkan oleh dinasti Ayyubiah yang didirikan oleh Shalah Al-Din, seorang pahlawan Islam terkenal dalam Perang Salib. Ia tetap mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiah tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari Syi’ah kepada Sunni. Ia juga mendirikan lembaga-lembaga ilmiah baru, terutama masjid yang dilengkapi dengan tempat belajar teologi dan hukum. Karya-karya ilmiah yang muncul pada masanya dan sesudahnya adalah kamus-kamus biografi, kompendium sejarah, manual hukum, dan komentar-komentar teologi. Ilmu kedokteran diajarkan di rumah-rumah sakit. Prestasinya yang  lain adalah didirikannya sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.[21]

BAB III
KESIMPULAN

Spanyol ditaklukan oleh Thariq bin Ziyad beserta 7000 pasukannya. Menurut suatu riwayat dia pernah membakar kapal-kapalnya untuk melenyapkan harapan anggota-anggota pasukannya untuk melarikan diri, dan setelah itu dia berpidato:"Saudara-saudara sekalian, kemanakah saudara-saudara hendak melarikan diri? Lautan dibelakang kamu dan musuh dihadapan kamu. Demi Allah teruslah tabah dan sabar.
Dan ada pula satu riwayat yang menyangkal bahwa Thariq telah membakar kapal-kapalnya. Menurut riwayat itu hanya pidatonya saja yang benar terjadi, penaklukan ini terjadi pada masa khalifah Walid bin Abdul Malik.
Faktor-faktor pendukung penaklukan Spanyol
:
*      Ketidak toleranan dari para penguasa Got terhadap agama selain Kristen
Keadaan social, politik dan ekonomi yang menyedihkan
*      Kejahatan-kejahatan yang telah lama berkecamuk
*      Terpecahnya negri itu menjadi Negara-negara kecil ketika bangsa itun diserbu oleh bangsa Teutonik.
Perkembangan Islam di Spanyol
a.         Periode Pertama (711-755 M)
*      Periode ini di pimpin oleh para wali yang berpusat di Damaskus.
*      Belum tercapainya stabilitas politik.
*      Gangguan dari dalam kebanyakan terjadi dari kalangan para penguasa yang diakibatkan oleh perbedaan etnis dan golongan yang menimbulkan sering terjadinya perang saudara.
*      Pergantian wali dan persaingan terus menerus.
*      Gangguan dari yang luar yang datang dari sisa-sisa musuh Islam yang bertempat tinggal di daerah pegunungan.
*      Belum terjadinya pembangunan di bidang kebudayaan dan peradaban karena terlalu banyak konflik dari dalam.
b.        Periode kedua (755-912 M)
*    Abdurrahman Ad-Dakhil (756-788 M)
*    Hisyam (788-796 M)
*    Hakam (796-822 M)
*    Abdurrahman II (822-852 M)
*    Muhammad I (853-886 M)
*    Munzir (886-888 M)
Dinasti Fathimiyah berdiri tahun 297-567 H /909-1171 M semula di Afrika Utara kemudian di Mesir di Syiria. Dinasti ini beraliran syiah Ismailiyah dan pendirinya Ubaidillah al-Mahdi yang datang dari Syria ke Afrika Utara menisbahkan nasabnya hingga Fathimah binti Rasullulah SAW istri Ali bin Abi Thalib.
Salah satu peninggalan terbesar bagi peradaban Islam yang dicapai adalah Perguruan Tinggi (Masjid) Al-Zaituna. Universitas yang berada di Tunisia itu merupakan Universitas tertua di dunia Islam berdiri tahun 976 M. tetapi pembangunan Universitas Itu sesungguhnya dilaksanakan setelah pusat pemerintahan pindah ke Mesir.
Wilayah kekuasaan Dinasti Fathimiah meliputi Afrika Utara, Sicilia, dans Syria. Berdirinya kota kairo sebagi ibu kota kerajaan diprakarsai oleh khalifah al-Mui’izz Lidinillah yang datang ke Mesir tahun 362 H/973 M memasuki kota Iskandariyah, kemudian menuju kota Kairo. Setelah pembangunan kota Kairo selesai lengkap dengan istananya. Al-Siqili mendirikan Masjid Al-Azhar, 17 Ramadhan 359 H ( 970 M). Masjid ini berkembang menjadi sebuah universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Azhar diambil dari  Periode Fathimiah dimulai dengan al-Mu’izz dan puncaknya terjadi pada masa pemerintahan anaknya, al-Aziz. al-Mu’izz Lidinillah dan ‘Aziz (975-996 M) di Mesir dapat disejajarkan dengan Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun di Baghdad.
az-Zahra, julukan Fathimah, puteri Nabi Muhammad SAW dan istri ‘Ali ibn     Abi Thalib, Imam Pertama Syiah.

DAFTAR PUSTAKA

A.Syalabi. 1995. Sejarah kebudayaan Islam2.Jakarta: PT Al-Husna Zikra.
K.Ali. 2003. SejarahIslam. Jakarta: Srigunting.
Mahmudunnasir,Syed. 1993. Islam (Konsepsi Dan Sejarahnya). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wassenstein, David.1985. Politics and Society in Islamic. Spain;New Jersey: Princeton Univercity Press.
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.


[1] Badri yabtim, Sejarah Peradaban Islam, hal.87
[2] A.Syalabi.Sejarah dan Kebudayaan Islam2,Alhusna Zikri, Jakarta,;1995. hlm 158-159
[3] Yatim, Badri, SPI,( Rajawali Pers, 1993, cet ketiga ).hlm.89-90
[4] K.Ali. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern),Srigunting, Jakarta;2003 hlm 295-296
[5] ] A.Syalabi.Op.cit.,hlm 161
[6] K. Ali Log cit hlm 297-298

[7] K Ali op.cit hlm 453


[8] Badri Yatim op cit hlm 93-94 Lih. David Wasenstein, Politics and Society in Islamic, Spain:1026-1086 (New Jersey:Princeton Univercity Perss,1985) hlm 15-16
[9] Mahmudunnasir,Syed.Islam (Konsepsi Dan Sejarahnya) Bandung: PT Remaja Rosdakarya.1993. 284-285
[10] K Ali op.cit hlm 454-456
[11] Mahmudunnasir op cit hlm 290
[12] K Ali op.cit hlm 457
[13] Mahmudunnasir op cit hlm 292-294
[14] K Ali op.cit hlm 458-451
[15] Badri Yatim, op cit Hlm 96-97
[16] K Ali Op Cit Hlm 467-468
[17] Badri Yatim Op Cit Hlm 97-98
[18] K Ali Op Cit Hal 471-473
[19] Badri Yatim Op Cit Hlm 99-100
[20] Badri Yatim Op Cit Hlm 107-108