KATA PENGANTAR

BISSMILLAHHIRROHMANIRROHI,
Segala puji bagi Alloh Tuhan semesta alam, karana Qudrot dan Irodat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
sholawat dan salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada Nabi kita, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya, kepada tabi’in dan tabi’atnya dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya, semoga nanti di hari akhir kit mendapatkan syafa’atnya. Amien...
Dalam makalah ini InsyaAlloh kami akan membahas tantang “DINASTI KECIL DI BAGHDAD”. Yang menjelaskan penyebab keruntuhan Dinasti Abbasiyah, dinasti apa saja yang ada di Baghdad setelah itu. Dan masih banyak lagi.
kami sadar dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat, khususnya bagi kami dan umumny bagi semua pembaca.


    Bandung, 28 November 2010



    Penulis 
DAFTAR ISI
Kata pengantar    I
Daftar isi    II
BAB I PENDAHULUAN    1
BAB II PEMBAHSAN    3
Dinasti Dinasti Kecil di Timur dan di Barat Baghdad    3
A.    Dinasti di Barat Baghdad    3
a.    Dinasti Idrisi di Maroko    3
b.    Dinasti Aghlabi    3
c.    Dinasti Thulun di Mesir    4
d.    Dinasti Ikhsyidi    4
e.    Dinasti Hamdaniah    5
B.    Dinasti di Timur baghdad    5
a.    Dinasti Tahiriyah    5
b.    Dinasti Saffariyah    6
c.    Dinasti Samaniyah    6
d.    Dinasti Ghazwani    7
BAB III PENUTUP    8
Kesimpulan    8
Daftar Pustaka    10



BAB I
PENDAHULUAN
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.
1.    Sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
2.    Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, disamping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.
Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sebagai hamba. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlah dan kekuatan mereka yang besar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.
Munculnya dinasti-dinasti yang lahir dan ada yang melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, di antaranya adalah:
Di barat Baghdad ada, Dinasti Idrisi di Maroko (172-375 H / 788 M-985 M), Dinasti Aghlabi (184 H-296 H / 800 M-908 M), Dinasti Thulun di Mesir (254 H-292 H / 868 M-967 M), Dinasti Ikhsyidi (323 H- 357 H / 934 M-967 M), Dinasti Hamdaniah (317 H – 399 H / 929 M – 1009 M).
Di timur Baghdad diantaranya: Dinasti Tahiri (200 H-259 H / 820 M-872 M), Dinasti Safari (254 H-289 H / 867 M-903 M), Dinasti Samani (261 H-389 H / 874 M-999 M), dan Dinasti Ghazwani.


BAB II
PEMBAHASAN
DINASTI-DINASTI KECIL DI BARAT DAN TIMUR BAGHDAD

A.    Dinasti di Barat Baghdad.
a.    Dinasti Idrisi di Maroko (172 H-375 H / 788 M-985 M)
Kerajaan ini didirikan oleh Indris bin Abdullah, cucu Hasan putra Ali. Dia adalah salah seorang tokoh bani Alawiyyin (nisyah Ali bin Abu Thalib). Pada tahun 172 H/788 M, Idris dilantik sebagai imam, dan terbentuklah kerajaan Idrisi dengan ibu kota Walila. Namun masa pemerintahannya hanya bertahan selama 5 tahun.
Selanjutnya Idris bin Idris bin Abdullah (Idris II) menggantikan ayahnya sebagai pemerintah (177 H/793 M). Dengan pusat pemerintahannya dipindahkan ke Fes sebagai Ibu kota yang baru pada tahun 192 H.
Ketika Idris II wafat, Pemerintahannya diganti oleh Muhammad Al-Muntashir (213 H / 828 M). Pada masa ini, kerajaan Idrisi berpecah-pecah. Akibatnya kerajaan menjadi lemah, terutama selepas Muhammad Al-Muntashir meninggal, pemerintahannya semakin rapuh.
Kerajaan indrisi adalah kerajaan Syiah pertama dalam sejarah. Zaman kerajaan Indrisi (172-314 H/789-926 M) adalah suatu jangka waktu yang cukup lama dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan yang lain. Dalam aspek dakwahnya, Idrisi yang membawa Islam dan mampu meyakinkan penduduk Marocco dan sekitarnya.

b.    Dinasti Aghlabi (184 H-296 H / 800 M-908 M).
Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim bin Aghlab. Beliau adalah anak pegawai Khurasan, tentara bani Abbasiyah. Pada tahun 179 H/795 M, Ibrahim mendapatkan hadiah di daerah Tunisia dari Khalifah Harun Ar-Rasyid sebagai imbalan kepada jasa-jasanya dan kepatuhannya membayar cukai tahunan.
Pada zaman kepeimpinananya Ibrahim berjaya mengadakan perjanjian damai dengan kerajaan Idrisi, menjadikan kota Qairuwan sebagai ibu kota pemerintahan serta membangun Al-Qadim. Ibrahim berjaya memadamkan pertikaian antara Kharijiyah dan barbar.
Dinasti Bani Aghalab di perintah oleh 11 khalifah, antara lain:
1.    Ibrahim (179 H/795 M)
2.    Abdullah I (197 H/812 M)
3.    Ziyaadatullah (210 H/817 M)
4.    Abu Ilqal Al-Aghlab (223 H/838 M)
5.    Muhammad I (226 H/841 M)
6.    Ahmad (242 H/856 M)
7.    Ziyaadatullah II (248 H/863 M)
8.    Abu Al-gharaniq Muhammad II (250 H/863 M)
9.    Ibrahim II (261 H/875 M)
10.    Abdullah II (289 H/902 M)
11.    Ziyaadatullah III (290-296 H/903-909 M)

c.    Dinasti Thulun di Mesir (254 H-292 H / 868 M-967 M)
Kerajaan Tuluni mewakili kerajaan pertama Mesir di Syiah yang memperoleh anatomi dari Baghdat. Ahmad bin Tulun, seorang prajurit Turki. Oleh karena itu, Ahmad bin Tulun, di besarkan dalam lingkungan tentara yang tegas dan disiplin.
Pada tahun 254 H/868 M, Ibn Tulun dihantar ke Mesir sebagai wakil pemerintahan. Semasa Baghdad mengalami krisis, Ibn Tulun memanfaatkan situasi ini dan kemudian melepaskan Baghdad.
Dalam membangun negeri, beliau menciptakan stabilitas keamanan dalam negeri. Selepas itu ia memperhatikan juga, di bidang ekonomi. Dalam bidang keamanan, ia membangun angkatan perang, dengan kekuatan tentaranya, memperluas wilayahnya hingga ke Syam.
Selepas Ibn Tulun (279 H/884 M), kepemimpinan diteruskan oleh Khumarawaih (270 H/884 M), Jaisy (282 H /896 M), Harun (283 H/896 M) dan Syaiban (292 H/905 M)

d.    Dinasti Ikhsyidi (323 H- 357 H / 934 M-967 M)
Pada tahun 232 H/935 M, panglima Turki bernama Muhammad bin Tughj dilantik sebagai pemerintah di Mesir. Khalifah Ababsiah memberinya gelar Ikhsidi sebagai mengikhtiraf kedudukan yang kuat.
Strategi yang pertama ikhsidi adalah mengkokohkan angkatan perang. Beliau diberi tanggung jawab mentadbir wilayah Syam. Ikhsidi meninggal dunia pada tahun 936 M.
Pemerintahannya di tumbangkan oleh Jauhar Siqli dari kerajaan Fatimiah. Pada tahun 358 H/969 M, kerajaan Ikhsidi berakhir .
Sejarah sumbangan kerajaan ini , ilmu pengetahuan dan budaya, lahirlah ilmuan seperti abu Ishaq al-Mawazi, Hasan ibn Rasyid al-Mishrivdll. Ikhsidi juga mewariskan bangunan megah seperti Istana al-Mukhtar di Raudah dan Taman Bustan al-Kafuri dll.

e.    Dinasti Hamdaniah (317 H – 399 H / 929 M – 1009 M)
Ketika kerajaan Ikhsidi berkuasa di Utara Mesir, muncul kerajaan lain yaitu kerajaan Hamdani yang berpaham Syiah. Nama kerajaan berasal dari nama pendirinya yaitu, Hamdan ibn Hamdun, yang berasal dari suku arab Taghlib.
Kerajaan ini terbagi menjadi dua pihak, Mosul dan Aleppo. Pihak mosul dengan para pemerintahannya :
1.    Abu al-Hayja Abdullah (293 H/905 M)
2.    Nashir al-Daulah al-Hasan (17 H/929 M)
3.    Uddad al-daulah Abu taghlib (358 H/ 969 M)
4.    Ibrahim dan Al-Husein (379-389 H/981-991 M)
Pihak alleppo dengan pemerintahannya sepert :
1.    Saif al-daulah Ali (33 H/945)
2.    Sa’d al-daulah syarif I (356 H/967 M)
3.    Sa’id al-daulah sa’id (381 H/991 M)
4.    Ali II (392 H /1002 M)
5.    Syarif II (394 H/1004 M)
Selepas tahun 356 H dan 358 H, kerajaan Hamdani merosot dari tangan-tangan penggantinya. Pada umumnya mereka saling berebut kekuasaan antara keluarga sendiri. Akibatnya mereka jatuh ketangan Kerajaan Fatamiah.
Kerajaan Hamdani terkenal sebagai pelindung sastera arab terutama Saif al-Daulah. Beberapa tokoh ternama seperti al-Farabi, Al-Isfahani dan Abu al-Firus. Kerajaan Hamdani adalah benteng kekuatan dari pada serangan Rom ke wilayah kekuasaan islam.

B.    Dinasti di Timur Baghdad
a.    Dinasti Tahiriyah (200 H-259 H / 820 M-872 M)
Dinasti yang pertama mendirikan sebuah negara semi indepeden disebelah timur Baghdad adalah orang yang pernah dipercaya oleh Al-Ma’mun untuk menduduki jabatan jendral, yakni Thahir bin Al-Husayn dari Khurassan, yang secara gemilang berhasil memimpin balatentara untuk melawan Al-Amin. Thahir adalah keturunan budak Persia, pada tahun 820 M diangkat oleh Al-Mamun sebagai gubernur atas semua kawasan di sebelah Timur Baghdad dengan pusat kekuasaannya di Khurassan. Meski secara formal para penerus Thohir adalah pengikut khalifah, mereka memperluas wilayah kekuasaannya hingga perbatasan India.
Mereka memindahkan pusat pemerintahan ke Naisabur, dan disitu mereka berkuasa sampai tahun 872 H, sebelum akhirnya digantikan oleh Dinasti Saffarriyah.

b.    Dinasti Saffariyah (254 H-289 H / 867 M-903 M)
Dinasti Saffariyah, yang bermula di Sijistan dan berkuasa di Persia, didirikan oleh Yakub bin al Laits al shaffar. Al saffar menjadikan pengrajin tembaga sebagai pekerjaannya dan merampok sebagai kegemarannya. Perilakunya yang sopan dan efesien sebagai seorang kepala gerombolan perampok telah menarik perhatian gubernur sijistan, yang kelak memeberinya kepercayaan untuk memimpin balatentaranya. Al Saffar akhirnya menggantikan gubernur itu dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan hampir ke seluruh Persia dan kawasan pinggiran India, bahkan mengancam kekuasaan Baghdad yang berada di bawah pimpinan Khalifah al-Mu’tamid.

c.    Dinasti Samaniyah (261 H-389 H / 874 M-999 M)
Keluarga Samaniyah dari Transoxiana dan Persia adalah orang-orang keturunan saman, yaitu seorang bangsawan dari Balkh. Pendiri dinasti ini adalah Nashr bin Ahmad, cucu dari saman, tetapi figur yang menegakkan kekuasaan dinasti ini adalah saudara Nashr, yaitu Ismail yang pada tahun 900 H, berhasil merebut Khurassan dari genggaman dinasti Saffarriyah. Ketika berada dibawah kepemimpinan Nashr II ( Ibn Ahmad ) yang berada di garis keturunan ke 4 Sammaniyah yang pada awalnya merupakan kelompok para gubernur muslim dibawah kekuasaan Dinasti Tahirriyah, berhasil memperluas kerajaan hingga Sijistan, Karman, Jurjan, Rayyi, dan Tabaristan.
Dimata Baghdad, Sanawiyah adalah para amlr (gubernur) atau bahkan amil, tetapi di mata rakyat, kekuasaan mereka tak terbantahkan. Pada masa ini pula, ilmuanwan muslim yang termansyur, al-razi mempersembahkan karya utamanya dalam dunia kedokteran, berjudul al-Mansyur. Pada masa ini pula, pada periode Nuh II yang mengajukan pengembangan ilmu pengetahuan, Ibn Sina muda tinggal di Bukhara dan memperoleh mengakses buku-buku. Disanalah ia memperoleh lmu-ilmu yang tak ada habisnya. Sejak masa media ekspresi sastera, dan berkat para penulis itulah sastra muslim Persia yang cenderung mulai berkembang.
Kendati merupakan dinasti yang paling cerah, Samaniyah tidak terlepas dari kekurangan

d.    Dinasti Ghazwani
Salah satu wilayanh samaniyah, sebelah selatan oxus, perlahan-lahan di caplok oleh Dinasti Ghaznawi, yang berkuasa di bawah pimpinan salah satu budak Turki.
Kebangkitan Dinasti Ghaznawi mempresentasikan kemenangan pertama Turki dalam persaingan dengan Iran untuk mencapai kekuasaan dalam islam. Meski dengan demikian, kekuasaan Ghanawi sama sekalli tidak berbeda dengan kekuasaan Samaniyyah atau Saffariyah. Ghazawi tidak ditopang dengan angkatan bersenjata, maka semuanya segara menemui kehancuran. wilayah-wilayah kekuasaan disebelah timur berangsur-angsur memisahkan diri dan muncullah dinasti-dinasti muslim independen, di utara dan barat seperti Dinasti Khan dari Thurkistan dan Saljuk dari Persia.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dinasti-dinasti kecil yang ada di timur dan di barat baghdad, diantaranya:
Yang berbangsa Persia:
1.    Bani Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
2.    Bani Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
3.    Bani Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
4.    Bani Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
5.    Bani Buwaih, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).

Yang berbangsa Turki:
1.    Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).
2.    Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
3.    Ghaznawiyah di Afganistan, (351-585 H/962-1189 M).
4.    Bani Seljuk/Salajiqah dan cabang-cabangnya:
a. Seljuk besar, atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Abu Thalib Tuqhril Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M). Dan Sulthan Alib Arselan Rahimahullah memenangkan Perang Salib ke I atas kaisar Romanus IV dan berhasil menawannya.
b. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).
c. Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).
d. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).
e. Seljuk Ruum atau Asia kecil di Asia tengah(Jazirah Anatolia), (470-700 H/1077-1299 M).

Yang berbangsa Kurdi:
1.    al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).
2.    Abu 'Ali, (380-489 H/990-1095 M).
3.    al-Ayyubiyyah, (564-648 H/1167-1250 M), didirikan oleh Sulthan Shalahuddin al-ayyubi setelah keberhasilannya memenangkan Perang Salib periode ke III.

Yang berbangsa Arab:
2.    Idrisiyyah di Maghrib, (172-375 H/788-985 M).
3.    Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).
4.    Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
5.    'Alawiyah di Thabaristan, (250-316 H/864-928 M).
6.    Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).
7.    Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
8.    Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).
9.    Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).
Yang mengaku dirinya sebagai khilafah:
1.    Umayyah di Spanyol.
2.    Fatimiyah di Mesir.


DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/sejarah/155/masa-disintegrasi-1000-1250-m----dinasti-dinasti-yang-memerdekakan-diri-dari-baghdad.html
http://danankphoenix.wordpress.com/2010/03/20/dinasti-dinasti-kecil-di-barat-dan-timur-baghdad/
http://asyfiqmutho.blogspot.com/sorry/?continue=http://asyfiqmutho.blogspot.com/2010/11/sejarah-bani-buwaihi.html