Assalamu’alaikum WR.WB?
Sore-sore hujan, enaknya ngapain ya, dari pada tidur mendinang posting aja, siapa tau dapat pahala. Hehe. Ok lah langsung saja. Selamat menyimak.
Hampair setiap orang pasti menginginkan banyak uang. Dengan uang, seseorang dapat berbuat banyak. Ia bisa berzakat, berinfak, shodaqoh membantu fakir miskin, menunaikan ibadah haji, menjalin silaturahmi dll. Seseorang yang memiliki banyak uang, disetai badan sehat, seoalah-olah kehidupannya sempurna.
Akan tetapi uang dalam bentuk mata uang mana pun pasti memeliki dua sisi yang berbeda. Kalau kedua sisi mata uang itu sama, berarti uang itu palsu. Hal ini menyatakan bahwa uang memiliki dua sisi kebaikan dan keburukan. Dengan uang seseorang bisa masuk surga dan bisa juga terjerusmus ke neraka.
Pada awal kanabian Muhammad SAW, dimekah ada dua orang konglomerat terkanal dengan nama   Al-Walid bin Mughiroh (Mekkah) dan Urwah bin Mas’ud (Tho’if). Kedua orang ini disebut dalam Al-Qur’an secara tersembunyi. Firman Alloh SWT:
          
Artinya :  “Dari (azab) Fir'aun. Sesungguhnya Dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Az-Zukhruf : 31)
Maksudnnya mereka kafir Quraisy menanyakan, mengapa Al-Qur’an itu turun Kepada Muhammad SAW, bukan kepada Urwah atau Al-Walid yang kaya raya.
Hal ini merupakan gambaran bahwa kalau seseorang memiliki banyak uang, pasti akan banyak orang yang kagum dan terpesona. Banyak orang yang datang dan senang bergaul dengannya. Makanya banyak sekali orang yang ingin banyak uang.
Kedudukan dan jabatan serign dijadikan tangga mandapatkan uang. Deamikian juga kepintaran telah dijadikan sarana untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya. Sehingga tidak sedikit orang tua yang salah kaprah dalam menyekolahkan anak-anaknya. Mereka menyekolahkan anaknya agar banyak uang, bukan supaya ibadah dan akhlaknya baik, mereka tidak sadar bahwa uang juga bisa menghantarkan seseorang ke jeruji besi, digelandang ke pengadilan dan menjadi bahan ejekan.
Padahal kalau kita sadari, bukanlah kedudukan, jabatan atau kepintaran yang menjadikan seseorang dapat memperoleh rizki atau uang, tetapi semuanya bersumber dari Alloh SWT. Firman Alloh SWT :
        •                      
Artnya : “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf : 32)
Mestinya kita bercita-cita supaya bisa berbuat banyak untuk orang lain, bukan supaya bahagia, karena kebahagian, hanya Alloh lah yang membuat prioritas. Ketika kita memandang uang itu segala-galanya, boleh jadi bukan kemanfaatan yang kita dapat.
Sekarang telah cukup bukti. Uang kelihatannya mudah datang dan mudah pergi. Betapa uang telah membuat sengsara pada pemiliknya dan membuat malapetaka pemegannya.
Orang-orang sekarang begitu giatnya mencari uang dan dan lupa mencari keberkahan. Padahal uang yang tidak dibarengi barokah hanya akan berwujud fatamorgana. Kita harus senantiasa meminta keberkahan dalam semua persoalan termasuk dalam keberkahan umur dan rizki.
Agar kita memperoleh keberkahan dan uang tidak menjadikan madarat, maka kekayaan itu harus disimpan di kaki bukan di atas kepala. Harta harus bisa dikendalikan untuk amal-amal sholeh, bukan mengendalikan pemiliknya untuk berbuat jelek dan maksiat. Harta memang penting tetapi bukan segala-galanya.
sekian dulu ya, semoga ada manfaatnya. Wallohua’lam.
wassalam