Sebuah hadits Qudsi menceritakan bahwa Alloh SWT pernah memanggil para malaikat, Alloh SWT berfirman kepada para malaikat, “Wahai malaikat-malaikat-Ku, berikanlah sejumlah ujian kepada para hamba-hamba-Ku, biar Aku tahu, mana diantara mereka yang betul-betul imannya dan mana pula yang tidak jelas imannya”.
Alloh SWT punya kehendak, kualitas keimanan seseorang itu hendaklah ketika mendapatkan ujian demi ujian.
“Apakah manusia mengira bahwa dirinya sudah beriman, padahal mereka berlum diuji oleh Alloh SWT. Dan Kami telah memberikan ujian kepada umat-umat terdahulu, sehingga Kami tahu mana di antara mereka yang kuat imannya dan sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang berdusta”. (QS.Al-‘Ankabut : 2-3).
Ujian merupakan bagian dari proses perjalan hidup manusia. Ujian bisa diberikan dalam bentuk kesulitan, kepahitan dan penderitaan, tapi bisa juga sebaliknya, yaitu dalam bentuk kesuksesan, kenikmatan, dan kebahagiaan.
Banyak orang yang gagal ketika diuji dengan kesulitan dan kepahitan, tapi lebih banyak lagi manusia gagal ketika diuji oleh kenikmatan, kesuksesan dan kebahagiaan.
Al-Qur’an mengajarkan kepada kita, setiap bentuk musibah, kesulitan dan kepahitan kepada kita, mungkin itu sebagai sebuah teguran dari Alloh kepada kita, karena disebabkan kebodohan kita dan dosa-dosa kita.
Kerusakan lingkungan umpanya dengan tegas Al-Qur’an menyatakan kepada kita.
“Kerusakan di daratan dan di lautan itu adalah karena ulah tangan-tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”. (QS.Ar-Rum : 41).
Banyak pendertaan yang menimpa kepada kita, itu sebagai akibat dari dosa-dosa kita, kita sering mengenal yang dinamakan adzab dunia. Umpanya Nabi SAW bersabda :
“Man Zholuma Zhuliman”
Barang siapa yang berbuat zhalim kepada orang lain, maka sebelum mati dia akan mendapatkan bagian dari kezhalimannya, kecuali kalau dia bertaubat. Barang siapa yang membuka aib orang lain, maka sebelum mati, aibnya dibuka oleh Alloh SWT, kecuali dia bertaubat.
Yang kita rasakan, yang kita panen di dunia ini, tergantung pada yang kita tanam. Kalau kita menanam padi, maka ada harapan untuk panen padi, tapi kalau kita menanam singkong tentu tidak ada harapan untuk panen padi.
Kalau kita menebar kejahatan, itu pula yang akan kita panen, sebaliknya kalau kita menebar kebajikan, insyaAlloh kebaikan pula yang akan kita peroleh. Alloh SWT berfirman dalam sebuah hadits Qudsi:
“Aku akan menjadi penolong seseorang sepanjang orang itu sering menolong orang lain”.
Derita, kesulitan, kesakitan yang menimpa seseorang atau kepada suatu bangsa sebaiknya disikapi dengan introspeksi, kesalahan apa, dosa apa, kebodohan apa yang kita perbuat, sebab tidak sedikit kesulitan dan kependeritaan, bahkan musibah ini adalah merupakan teguran Alloh SWT, tentu sebagai kasih sayang Alloh SWT kepada hamba-Nya, supaya mereka tidak terus berlarut-larut dalam dosa dan kesalahan.
Dalam Al-Qur’an digambarkan oleh Alloh SWT tentang derita musibah, karena adzab Alloh SWT:
“Sekelompok orang-orang israil, dilaknat oleh Alloh”, Bima ashow wakanu ya’taduna, karena mereka banyak melakukan dosa, maksiyat dan mereka melakukan perbuatan yang melampaui batas.
Alloh SWT juga menguji manusia dengan kenikmatan. Kalau kita diberi banyak ilmu itu adalah anugrah yang harus kita syukuri, tapi kita juga tidak boleh lupa, ilmu bisa menjadi bagian dari ujian, apakah bertambahnya ilmu, kita bertambah lurus dekat atau jauh dari Alloh SWT.
Ketika kita diberi harta kekayaan, kita harus syukuri karena harta kekayaan itu aldalah anugrah dari Alloh, tetapi dalam waktu yang sama harta itu amanah titipan dari Alloh dan bisa jadi ujian dari Alloh, apakah dengan harta kekayaan kita bertambah berkualitas, apakah iman kita bertambah dan meningkat?.
Ketika kita diberi kedudukan, itu anugrah dari Alloh yang harus kita syukuri, tapi di dalamnya ada muatan ujian dari Alloh SWT begitu juga dianugrahi anak istri, keluarga diberi kesehatan, semua nikmat yang Alloh berikan kepada kita di dalamnya adalah merupakan ujian dari Alloh SWT.
Mereka yang lulus dalam menghadapi ujian adalah yang mampu sabar dan tabah atas berbagai kesulitan, kepahitan, yang dihadapinya. Serta mampu bersyukur atas segala kenikmatan yang Alloh berikan kepada dirinya.
Syukur atas berbagai macam kenikmatan, berarti kita lulus atas berbagai ujian, dan itu berarti kita berserah diri kepada Alloh dan kita gunakan nikmat itu untuk kepentingan secara optimal, memanfaatkan nikmat itu secara optimal untuk kepentingan dan kebaikan masyarakat luas.
Nabi SAW mewariskan sebuah doa, agar kita senantiasa pandai syukur dan pandai sabar, “Ya Alloh jadikanlah aku sebagai hamba yang pandai sabar dalam menghadapi berbagai cobaan dan kesulitan”.
Rosululloh SAW pernah menyampaikan pesan berkaitan dengan ujian itu, beliau bersabda:
“Setiap umat para Nabi telah diberikan berbagai macam ujian oleh Alloh. Bermacam-macam ujian yang Alloh berikan kepada umat para babi terdhulu. Beliau bersabda, ujian terberat bagi umat ku adalah harta kekayaan, demi Alloh, aku tidak pernah khawatir umat ku hancur karena mereka fakir dan miskin, tapi justru aku khawatir umatku hancur karena mereka berlimpah dengan harta kekayaan”.
Harta kekayaan adalah ujian terberat umat Nabi Muhammad SAW. Banyak diantara kita yang sukses dengan berbagai macam ujian kesulitan, tetapi ketika menghadapi harta kekayaan, mereka banyak yang gagal dengan ujian itu. Wallohu a’lam.
Sumber : Buletin Dakwah dan Informasi Pusdai Jabar USWAH.