PENGURUSAN JENAZAH

A.    Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Terhadap Orang Yang Meninggal.
1.    Matanya hendaklah dipejamkan (ditutupkan), menyebut yang baik-baik, mendoakan, dan memintakan ampun atas dosa-dosanya.
Rosululloh SAW bersabda yang artinya:”Apabila kamu mengahadapi orang mati, hendaklah kamu pejamkan matanya karena sesungguhnya mata itu mengikutkan roh. Hendaklah kamu mengucapkan yang baik (umpanya mendoakannya), karena sesungguhnya ia dipercayai menurut apa yang diucapkan oleh ahlinya.” (HR.Ahmad dan Ibnu Majah)
2.    Seluruh badannya hendaklah ditutup dengan kain. Hal ini dilakukan sebagai penghormatan kepadanya dan supaya tidak terbuka auratnya.
3.    Tidak ada halangan ntuk mencium mayat bagi keluarganya atau sahabat-sahabatnya yang sangat sayang dan berdukacita karena kematiannya.
4.    Ahli mayat yang mampu hendaklah segera membayar utang si mayat jika ia berutang , baik dibayar dari harta peninggalanya ataupun dari pertolongan keluarga sendiri.
Rosululloh SAW bersabda yang artinya :”Diri orang mu’min itu tergantung (tidak sampai kehadirat Alloh) karene utangnya, hingga dibayar dulu utangnya itu (oleh ahlinya).”(HR. Ahmad dan Tirmidzi)

B.    Kewajiban Yang Berhubungan Dengan Mayat
1.    Memandiakan Mayat
Jika seseorang meninggal dunia, maka sebagian orang berkewajiban untuk segera memandikannya, sebagaimana perintah Rasulullah SAW sebagai berikut:
( اغسلوه بماء وسدر . . ) ( اغسلنها ثلاثا أو خمسا أو سبعا . .  أو أكثر من ذلك . . )
"Mandikanlah dia dengan air dan daun sidr (bidara)……"
"Mandikanlah dia tiga, lima atau tujuh kali atau lebih dari itu….."

Di dalam memandikan jenazah, ialah orang yang lebih mengetahui sunnah memandikan jenazah, apalagi jika jenazah itu dari keluarga atau kerabatnya sendiri, sebagaimana hadits dari Ali :
عن علي رضي الله عنه قال : غسلت رسول الله صلى الله عليه و سلم فجعلت أنظر ما يكون من الميت فلم أر شيئا وكان طيبا حيا وميتا صلى الله عليه و سلم. رواه البيهقى 3: 388\6419
 باب ما يؤمر به من تعاهد بطنه وغسل ما كان به من أذى
Artinya :"Aku telah memandikan Rasulullah SAW, lalu aku perhatikan apa yang biasa ada pada jenazah, tetapi aku tidak mendapatkan suatu aib pun. Dan keadaan tubuh beliau sangat baik ketika masih hidup maupun pada saat mati. Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan kepada Belia). (HR. Ibnu Majjah, al-Hakim, al-Baihaqi)

Di dalam memandikan jenazah, harus benar-benar diperhatikan beberapa hal :
a.    memandikannnya tiga kali atau lebih, sesuai dengan apa yang diperlukan oleh orang-orang yang memandikannya.
b.    Memandikannya dengan bilangan ganjil
c.    Hendaklah air yang digunakan untuk memandikan di campur dengan daun bidara atau yang lainnya yang bisa dipergunakan untuk membersihkan, misalnya sabun.
d.    Dan di bagian akhir dari proses pemandian tersebut hendaklah airnya dengan wewangian dan tumbuhan kafur lebih diutamakan.
e.    Melepaskan jalinan rambut dan membasuhnya dengan sebaik-baiknya.
f.    Menyisir rambutnya
g.    Bagi jenazah wanita, rambutnya di buat 3 kepang dan melatakannya dibelakangnya.
h.    Memulai dengan anggota tubuh sebelah kanan dan anggota-anggota tubuh yang biasa dibasuh saat berwudlu
i.    Hendaklah laki-laki yang memandikan jenazah laki-laki dan wanita yang memandikan jenazah wanita, kecuali yang dikecualikan.
Poin-poin memandikan di atas tersebut sebagaimana termaktub dalam hadits Ummu 'Athiyyah, sebagai berikut :
دخل علينا النبي صلى الله عليه وسلم ونحن نغسل ابنته [ زينب ] فقال :
( اغسلنها ثلاثا أو خمسا [ أو سبعا ] أو أكثر من ذلك إن رأيتن ذلك ) . [ قالت : قلت : وترا ؟ قال : ( نعم ] واجعلن في الآخرة كافورا أو شيئا من كافور فإذا فرغتن فآذنني ) . فلما فرغنا آذناه فألقى إلينا حقوه ( 1 ) فقال : ( أشعرنها ( 2 ) إياه ) [ تعني إزاره [ قالت : ومشطناها ثلاثة قرون ] ( وفي رواية نقضنه ثم غسلنه ) [ فضفرنا شعرها ثلاثة أثلاث : قرنيها وناصيتها ] وألقيناها خلفها ] [ قالت : وقال لنا : ( ابدأن بميامنها ومواضع الوضوء منها ] )
Artinya :"Nabi pernah menemui kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan putrinya (zainab), lalu beliau bersabda: Mandikanlah dia tiga,  lima (atau tujuh) kali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka pergunakan air dan daun bidara. (Ummu'Athiyyah mengatakan, maka kukatakan : Dengan ganjil? Beliau menjawab: Ya). Dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kafur atau sedikit darinya. Dan jika kalian sudah selesai memandikannya, beritahu aku. Setelah selesai memandikan kami pun memberitahu beliau. Maka beliau melemparkan kain kepada kami seraya berucap: pakaikanlah ini sebagai penutup tubuhnya(yang dia maksudkan adalah kainnya). (Ummu 'Athiyyah berkata: dan kami menyisirnya menjadi 3 kepang). (dan dalam sebuah riwayat disebutkan : maka kami menguraikan rambutnya dan kemudian membasuhnya). (Maka kami mengurai rambutnya menjadi 3 kepang: bagian atas dan ubun-ubunnya, dan meletakkan dibelakangnya) (Ia berkata: Beliau bersabda: mulailah dengan anggota tubuhnya yang kanan serta anggota-anggota wudhunya."). (HR. Bukhari, Muslim, Abu DAwud, an-Nasa'I, at-Tirmidzi, Ibnu Majjah, Ibnu al-Jarud dan Ahmad)
j.    Hendaklah jenazah dimandikan dengan menggunakan selembar kain atau yang semisalnya di bawah tutupan kain penutup bagi tubuhnya setelah sebelumya semua pakaiannya dilepas. Sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits Aisyah berikut ini :
سَمِعْتُ عَائِشَةَ تَقُولُ لَمَّا أَرَادُوا غَسْلَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالُوا وَاللَّهِ مَا نَدْرِى أَنُجَرِّدُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ ثِيَابِهِ كَمَا نُجَرِّدُ مَوْتَانَا أَمْ نُغَسِّلُهُ وَعَلَيْهِ ثِيَابُهُ فَلَمَّا اخْتَلَفُوا أَلْقَى اللَّهُ عَلَيْهِمُ النَّوْمَ حَتَّى مَا مِنْهُمْ رَجُلٌ إِلاَّ وَذَقْنُهُ فِى صَدْرِهِ ثُمَّ كَلَّمَهُمْ مُكَلِّمٌ مِنْ نَاحِيَةِ الْبَيْتِ لاَ يَدْرُونَ مَنْ هُوَ أَنِ اغْسِلُوا النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- وَعَلَيْهِ ثِيَابُهُ فَقَامُوا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَغَسَلُوهُ وَعَلَيْهِ قَمِيصُهُ يَصُبُّونَ الْمَاءَ فَوْقَ الْقَمِيصِ وَيُدَلِّكُونَهُ بِالْقَمِيصِ دُونَ أَيْدِيهِمْ وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَقُولُ لَوِ اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِى مَا اسْتَدْبَرْتُ مَا غَسَّلَهُ إِلاَّ نِسَاؤُهُ.
(رواه ابو داود 9: 321, باب فِى سَتْرِ الْمَيِّتِ عِنْدَ غَسْلِهِ)
k.    Diperbolehkan bagi masing-masing suami istri untuk memandikan pasangannya, sebagaimana hadits dari Aisyah, sebagai berikut :
...وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَقُولُ لَوِ اسْتَقْبَلْتُ مِنْ أَمْرِى مَا اسْتَدْبَرْتُ مَا غَسَّلَهُ إِلاَّ نِسَاؤُهُ.
Artinya:“seandainya aku sudah mau melangkah maju maka pantang bagiku untuk mundur. Tidak ada yang memandikan beliau kecuali istri-istrinya.” (HR.Abu Daud , al-Baihaqi)

l.    Disunnahkan bagi orang yang telah selesai memandikan jenazah untuk mandi, sebagaimana hadits Nabi sebagai berikut :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ غَسَّلَ الْمَيِّتَ فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ حَمَلَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ ». (رواه ابو داود 9: 348, باب فِى الْغُسْلِ مِنْ غَسْلِ الْمَيِّتِ.

Arinya:”Barang siapa yang telah selesai memandikan seorang mayit maka hendaklah mandi. Dan barang siapa yang mengangkatnya maka hendaklah dia berwudlu.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban,Ahmad)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كُنَّا نُغَسِّلُ الْمَيِّتَ فَمِنَّا مَنْ يَغْتَسِلُ وَمِنَّا مَنْ لاَ يَغْتَسِلُ(رواه الدرقطنى 5: 52\ 1842, باب مكان قبر ادم)
Artinya:“Kami pernah memandikan seorang mayit, lalu diantara kami ada yang mandi dan ada juga yang tidak.” (HR. Daroqutni)
m.    Tidak disyari'atkan untuk memandikan orang yang mati syahid, sebagaimana banyak dalam beberapa hadits yang shohih


2. Mengkafani Jenazah
A. Cara Mengkafani Jenazah
1.    Setelah selesai memandikan mayit, maka diwajibkan untuk mengkafani, sebagaimana dalam penggalan hadits :
( . . . . وكفنوه . . . . ) رواه البخارى 5: 124\ 1265, باب الْكَفَنِ فِى ثَوْبَيْنِ
Artinya:“…. Dan kafanilah dia….” (HR. Bukhari-Muslim)
2.    hendaklah kain kaffan itu diambil dari harta si mayit. Sebagaimana hadits dari Khabbab bin al-Aratti :
عَنْ خَبَّابِ بْنِ الأَرَتِّ قَالَ هَاجَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَبِيلِ اللَّهِ نَبْتَغِى وَجْهَ اللَّهِ فَوَجَبَ أَجْرُنَا عَلَى اللَّهِ فَمِنَّا مَنْ مَضَى لَمْ يَأْكُلْ مِنْ أَجْرِهِ شَيْئًا مِنْهُمْ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ. قُتِلَ يَوْمَ أُحُدٍ فَلَمْ يُوجَدْ لَهُ شَىْءٌ يُكَفَّنُ فِيهِ إِلاَّ نَمِرَةٌ فَكُنَّا إِذَا وَضَعْنَاهَا عَلَى رَأْسِهِ خَرَجَتْ رِجْلاَهُ وَإِذَا وَضَعْنَاهَا عَلَى رِجْلَيْهِ خَرَجَ رَأْسُهُ.فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ضَعُوهَا مِمَّا يَلِى رَأْسَهُ وَاجْعَلُوا عَلَى رِجْلَيْهِ الإِذْخِرَ ». وَمِنَّا مَنْ أَيْنَعَتْ لَهُ ثَمَرَتُهُ فَهُوَ يَهْدِبُهَا. (رواه مسلم 6: 118\ 2220, باب فِى كَفَنِ الْمَيِّتِ)

3.    kafan yang digunakan harus panjang dan memadai yang bisa menutupi seluruh tubuhnya. Sebagimana hadits dari Abu Qatadah:
...وَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا كَفَّنَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُحَسِّنْ كَفَنَهُ »(رواه مسلم 6: 128\ 2228, باب فِى تَحْسِينِ كَفَنِ الْمَيِّتِ)

Artinya:“jika salah seorang di antara kalian mengkafani saudaranya maka hendaklah dia memberikan kafan yang terbaik (jika mampu).” (HR. Muslim & Ibnu Majjah)

4.    jika kain kafan yang disiapkan terlalu sempit, dimana tidak cukup untuk menutupi tubuhnya secara keseluruhan, maka yang lebih dulu ditutupi adalah kepalanya dan bagian yang bisa dijangkauanya. Sedangkan bagian lain yang masih terbuka ditutup dengan daun idzkhir atau rumput lainnya, sebagaimana hadits dari Khabbab bin al-Aratti:
...فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ضَعُوهَا مِمَّا يَلِى رَأْسَهُ وَاجْعَلُوا عَلَى رِجْلَيْهِ الإِذْخِرَ ». وَمِنَّا مَنْ أَيْنَعَتْ لَهُ ثَمَرَتُهُ فَهُوَ يَهْدِبُهَا. (رواه مسلم 6: 118\ 2220, باب فِى كَفَنِ الْمَيِّتِ)
Artinya:”tutupkanlah kain itu pada bagian yang dekat kepalanya" dan letakkanlah pada kedua kakinya idzkhir. Dan diantara kami ada yang merasakan hasilnya, yang bisa dia petik” (HR. Bukhari-Muslim)
5.    Kain kaffan hendaklah berwarna putih, sebagaimana hadits Nabi SAW:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمُ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا خَيْرُ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ.... (رواه ابوداود 12: 108\4063, باب فِى الْبَيَاضِ)
Artinya:”Pakaikanlah dari kain kalian yang berwarna putih, karena sesungguhnya kain berwarna putih merupakan kain kalian yang terbaik. Dan kafanilah orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian dengan kain tersebut….” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

6.    Kain Kafan terdiri 3 lapis, sebagaimana hadits dari Aisyah :
عَنْ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - كُفِّنَ فِى ثَلاَثَةِ أَثْوَابٍ يَمَانِيَةٍ بِيضٍ سَحُولِيَّةٍ مِنْ كُرْسُفٍ ، لَيْسَ فِيهِنَّ قَمِيصٌ وَلاَ عِمَامَةٌ. (رواه البخارى 5: 122\ 1264, باب الثِّيَابِ الْبِيضِ لِلْكَفَنِ)
Artinya:”Bahwasannya Rasulullah SAW dikafani dengan tiga kain Yaman berwarna putih suhuli, yang terbuat dari kapas, yang didalamnya tidak terdapat padanya gamis dan tidak juga penutup kepala.” (HR. Imam sab'ah)

7.    Memberinya wewangian 3 kali, sebagaimana sabda Nabi SAW:
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا أَجْمَرْتُمُ الْمَيِّتَ فَأَجْمِرُوهُ ثَلاَثاً » (رواه احمد 30: 448, باب مسند جابر بن عبد الله)
Artinya:”Jika kalian memberi wewangian kepada mayit, maka berilah dia wewangian 3 kali.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Hibban, Hakim dan Baihaqi)
8.    Dalam mengkafani kaum wanita sebagaimana yang dilakukan tatkala wafat Ummu Kultsum, putri Rasulullah SAW, dan jumlah kaffanya ada lima.
عَنْ لَيْلَى ابْنَةِ قَانِفٍ الثَّقَفِيَّةِ قَالَتْ كُنْتُ فِيمَنْ غَسَّلَ أُمَّ كُلْثُومٍ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عِنْدَ وَفَاتِهَا وَكَانَ أَوَّلُ مَا أَعْطَانَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْحِقَاءَ ثُمَّ الدِّرْعَ ثُمَّ الْخِمَارَ ثُمَّ الْمِلْحَفَةَ ثُمَّ أُدْرِجَتْ بَعْدُ فِى الثَّوْبِ الآخِرِ. قَالَتْ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عِنْدَ الْبَابِ مَعَهُ كَفَنُهَا يُنَاوِلُنَاهُ ثَوْباً ثَوْباً (رواه احمد 59: 71\27896, باب مسند لَيْلَى ابْنَةِ قَانِفٍ الثَّقَفِيَّةِ)
Artinya:”Dari Laila binti qanif atsaqofiyah ia berkata, keadaanku bersama orang yang memandikan ummu kultsum putrid Rasulullah SAW. Di waktu wafatnya maka yang pertama diberikan pada kami oleh Rasulullah SAW untuk mengkafaninya ialah kain, kemudian baju, dan selanjutnya tutup kepala dan baju luar, seterusnya ia dimasukan ke dalam satu lembar kain……” (HR. Ahmad)

3. Menyolatkan Jenazah
A.    Syarat Menylatkan Mayat
    Menutup aurat
    Suci badan dan pakaian
    Menghadap kiblat
    Dilakukan sesudah  mayat dimandikan dan dikafani
    Letak mayat di sebelah kiblat orang yang menyolatkan, kecuali kalau solat itu dilaksanalkan di atas kubur atau shoat ghoib

B.    Rukun Menyolatkan Mayat
    Niat
    Takbir 4 kali dengan takbirotul ihrom
    Membaca surat Al-fatihah sesudah takbirotul ihrom
    Membca sholawat atas Nabi SAW
    Mendoakan mayat sesudah takbir ketiga
    Bediri jika mampu
    Member salam


4.    Menguburkan Mayat
Kewajiban yang keempat terhadap mayat ialah menguburkannya. Hukummenguburkan mayat adalah fardu kifayah atas orang yang hidup. Dalamnya kuburan sekurang-kurangnya kira-kara tidak tercium bau busuk mayat itu dari atas kubur atau tidak dapat dibongkar oleh binatang buas.
Lubang kubur disunatkan memakai lubang lahad, kalau tanah pekuburan itu keras. Tetapi kalau tanah pekuburan itu tidak keras mudah runtuh lebih baik dibuatkan lubang tengah.

A.    Beberapa Sunat Yang Bersangkutan Dengan Kubur
    Ketika memasukan mayat kedalam kubur, sunat menutupi bagian atasnya dengan kain atau yang lainnya kalau mayat itu perempuan.
    Kuburan itu sunat ditinggikan kira-kira sejengkal dari tanah biasa agar diketahui.
    Kuburan lebih baik didatarkan dari pada dimunjungkan
    Menendai kuburan dengan batu atau yang lainnya di sebelah kepalanya.
    Menaruh kerikil (batu-batu kecil) di atas kuburan.
    Meletakan pelapah yang basah di atas kuburan.
    Menyiram kuburan dengan air.
    Sesudah mayat dikuburkan, orang yang mengantarnya di sunatkan berhenti sebentar untuk mendoakannya ( memintakan ampun dan dan minta supaya ia mempunyai keteguhan dalam memjawab pertanyaan malaikat ).


B.    Larangan Yang Bersangkutan Dengan Kuburan
    Menembok kuburan
    Duduk di atas kuburan
    Membuat rumah di atasnya
    Membuat tulisan-tulisan di atasnya
    Membuat pekuburan menjadi mesjid